FirstIndonesiaMagz.id– Konflik antara Israel dan Iran telah berlangsung selama beberapa dekade, berakar pada ketegangan ideologis, politik, dan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Iran, sebagai negara dengan mayoritas Syiah dan pemerintahan teokratis, secara terbuka menentang keberadaan negara Israel.
Sementara itu, Israel memandang Iran sebagai ancaman eksistensial, terutama karena program nuklirnya dan dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok militan seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.
Perseteruan ini semakin memanas setelah Iran secara aktif memperluas pengaruhnya di Suriah pasca-perang saudara, dan setelah beberapa kali terjadi serangan terhadap kepentingan Israel di luar negeri yang dikaitkan dengan Iran. Israel juga dituduh secara berkala melakukan operasi rahasia untuk melemahkan program nuklir Iran, termasuk serangan siber dan pembunuhan ilmuwan nuklir.
Kronologi Penyerangan Israel ke Iran (April 2024 – April 2025)
13 April 2024 – Iran Serang Israel Secara Langsung
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Iran meluncurkan serangan langsung ke wilayah Israel dengan lebih dari 300 proyektil, termasuk rudal balistik dan drone. Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan tujuh personel Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), termasuk dua jenderal.
14–16 April 2024 – Israel Pertahankan Diri
Israel, dengan bantuan sistem pertahanan udara “Iron Dome”, “David’s Sling”, dan kerja sama dengan AS serta negara-negara mitra seperti Inggris dan Yordania, berhasil menggagalkan sebagian besar serangan tersebut. Meskipun begitu, serangan tetap menimbulkan kerusakan di wilayah selatan dan utara Israel.
19 April 2024 – Israel Balas Serangan Iran
Israel melancarkan serangan balasan yang ditargetkan ke wilayah Iran, termasuk fasilitas militer di dekat kota Isfahan, yang diduga terkait dengan pengembangan rudal dan nuklir. Ledakan besar dilaporkan terjadi di sekitar fasilitas tersebut, namun otoritas Iran mengklaim bahwa sistem pertahanan udara mereka berhasil menggagalkan sebagian besar serangan dan menyebut kerusakan “minim.”
Mei–Juli 2024 – Perang Bayangan Kembali Intens
Setelah serangan langsung tersebut, kedua negara kembali melanjutkan “perang bayangan” melalui serangan siber, sabotase, dan operasi intelijen. Di bulan Juni, media Iran melaporkan adanya sabotase di pabrik amunisi yang menyebabkan ledakan besar. Sementara itu, Israel mengalami gangguan sistem transportasi akibat serangan siber yang diduga dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan Iran.
Desember 2024 – Diplomasi Memanas
Upaya mediasi yang dilakukan oleh beberapa negara Eropa dan PBB tidak banyak membuahkan hasil. Iran tetap bersikukuh untuk mempertahankan “hak membela diri” atas tindakan Israel, sementara Israel menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan apa pun untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.
Maret 2025 – Serangan Drone ke Kapal Israel
Sebuah kapal kargo milik perusahaan Israel diserang oleh drone di Laut Arab. Serangan ini disebut sebagai aksi balasan oleh kelompok milisi pro-Iran di Yaman (Houthi), menandai keterlibatan aktor non-negara yang disokong Iran dalam konflik regional.
April 2025 – Serangan Israel ke Fasilitas Intelijen Iran
Dilaporkan bahwa Israel melancarkan operasi udara dan siber terhadap pusat komunikasi militer Iran di Provinsi Khuzestan dan Hormozgan, yang menyebabkan gangguan besar pada sistem radar dan komunikasi militer Iran.
Mei 2025 – Serangan terhadap Iran dan Proksi
Pada 16 Mei, Israel melancarkan serangan udara terhadap pelabuhan di Yaman yang digunakan oleh Houthi—sekutu Iran—sebagai respons atas serangan balistik ke Ben Gurion Airport. Meski tidak langsung ke Iran, ini bagian dari strategi melemahkan jaringan proksi Iran
Sepanjang Mei, Iran menguatkan pertahanan nuklir dan militer di tengah kekhawatiran serangan Israel, termasuk langkah-langkah pasif dan mobilisasi sistem pertahanan udara.
Juni 2025 – Operasi “Rising Lion”
Pada 13 Juni 2025, Israel memulai operasi militer besar bernama Operation Rising Lion yang menyerang lebih dari 100–200 target di Iran, termasuk situs nuklir Natanz, instalasi rudal di Tabriz, Kermanshah, fasilitas militer dan ilmuwan nuklir, serta pangkalan SSM dan radar.
Ditemukan bahwa Mossad telah mendirikan pangkalan drone rahasia di dalam Iran, menggunakan drone untuk melumpuhkan pertahanan udara dan menonaktifkan peluncur rudal sebelum serangan utama dimulai.
Dampaknya sekitar 224–400 orang tewas menurut perkiraan beragam, termasuk pejabat IRGC dan ilmuwan nuklir senior seperti Hossein Salami dan Fereydoon Abbasi.
Infrastruktur nuklir dan militer Iran juga rusak parah, terutama Natanz dan tempat penyimpanan rudal.
Balasan Iran “Operation True Promise III”
Setelah serangan Israel pada 13 Juni 2025, Iran melancarkan balasan masif, dengan menembakkan 370 rudal balistik dan ratusan drone ke Israel, menyebabkan sekitar 24–34 korban tewas serta kerusakan infrastruktur dan cedera hingga 600 orang.
Konflik ini menimbulkan kekhawatiran luas di dunia internasional. Negara-negara Barat, termasuk AS dan Uni Eropa, menyerukan de-eskalasi dan mengingatkan bahwa konflik terbuka antara Iran dan Israel bisa memicu perang besar di kawasan, terutama karena keterlibatan negara-negara seperti Suriah, Lebanon, dan milisi bersenjata yang pro-Iran.
Organisasi seperti PBB dan Liga Arab mendesak kedua negara untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Namun, hingga pertengahan 2025, belum ada tanda-tanda konkret de-eskalasi yang berhasil dilakukan secara diplomatis.
Konflik antara Israel dan Iran kini telah memasuki fase baru yang jauh lebih terbuka dan berisiko tinggi. Serangan langsung, yang sebelumnya jarang terjadi, kini menjadi bagian dari dinamika militer kedua negara. Jika ketegangan ini tidak diredakan, potensi pecahnya konflik regional yang lebih luas di Timur Tengah sangat besar. Dunia saat ini menanti langkah-langkah diplomatik yang kuat untuk meredakan konflik ini sebelum situasi semakin tidak terkendali.