FirstIndonesiaMagz.id– Kondisi udara di wilayah Jabodetabek kian hari makin memburuk. Kualitas udara yang buruk akibat polusi tentu saja dapat mengganggu kesehatan tubuh, terutama pada sistem pernapasan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membuat kualitas udara menjadi lebih baik, termasuk teknologi modifikasi cuaca.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro mengatakan pihaknya masih mencari beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi polusi udata tersebut.
“Kami mendiskusikan beberapa teknologi alternatif. Karena teknologi modifikasi cuaca tidak terbatas dengan tadi pesawat yang menabur garam,” kata Sigit dalam konferensi pers, Rabu (23/8).
Teknologi modifikasi cuaca dengan menyemai garam ke lapisan atmosfer tersebut telah membuahkan hasil dengan turunnya hujan pada Minggu (27/8) di beberapa wilayah Jabodetabek.
Selain menggunakan metode hujan buatan, salah satu pilihan menggunakan cara semprot air berkabut dari gedung-gedung tinggi juga menjadi alternatif lain. Untuk saat ini, pihak KLHK bersama BRIN masih mendata jumlah gedung yang bisa digunakan sebagai tempat semprot air berkabut tersebut.
Namun, teknologi penyemprotan air berkabut ini tidak bisa dikatakan menyelesaikan masalah polusi udara seluas Jabodetabek. Maka dari itu, pemerintah pusat akan memilih daerah-daerah prioritas untuk dilakukan kegiatan penyemprotan.
Dengan begitu, pihak terkait juga terus memantau kondisi cuaca dan awan hujan sebagai modal untuk mengurangi polusi udara, melalui teknologi modifikasi cuaca.