Beranda News RI Diperkirakan Akan Hemat Devisa Rp161 Triliun dari Program B35

RI Diperkirakan Akan Hemat Devisa Rp161 Triliun dari Program B35

0
439

RI Diperkirakan Akan Hemat Devisa Rp161 Triliun dari Program B35

FirstIndonesiaMagz.id– PT Pertamina (Persero) menargetkan penghematan devisa negara akibat upaya menekan impor minyak mentah mencapai Rp161 triliun pada tahun ini dengan program B35. Target itu mengikuti tren 2022, di mana penghematan devisa dari perdagangan bahan bakar mencapai Rp120 triliun.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya terus melakukan pengurangan impor minyak mentah, termasuk pada 2023. Aksi itu sejalan dengan perusahaan memproduksi bioenergi yang berasal dari bahan baku organik, Biodiesel 35 persen (B35). 

Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut merupakan campuran bahan bakar nabati berbasis CPO atau sawit, yaitu FAME, dengan kadar 35 persen, sementara 65 persen lainnya adalah Solar.

“Karena ini sebagai pengganti impor BBM tentunya, dan pencapaian yang sudah kita lakukan dengan adanya mandatory B35 ini menghasilkan baik itu penghematan devisa, di tahun 2022 itu mencapai Rp120 triliun, di tahun ini diproyeksi ini bisa menurunkan impor BBM Rp161 triliun,” ujar Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Panja Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (2/10). 

Tak hanya itu, kata dia, dari aktivitas produksi dan supply bioenergi atau biofuel, Pertamina menargetkan adanya penurunan karbon emisi (Co2) mencapai 35 juta ton pada 2024. Hingga tahun lalu, perseroan mampu menekan emisi karbon hingga di angka 28 juta ton. 

“Di 2022 ini bisa menurunkan 28 juta ton Co2 di 2024, nanti kita bisa menargetkan 35 juta ton Co2 yang bisa kita kurangi dari program ini (biofuel),” ucapnya. 

Menurut Nicke, Indonesia perlu mengikuti jejak Brazil dan India yang menjadikan Biofuel sebagai salah satu sumber energi menuju energi baru dan terbarukan (EBT). Dia pun memastikan program Biofuel menjadi konsentrasi utama Pertamina saat ini. 

“Sehingga dengan demikian seperti halnya Brazil dan juga India yang menjadikan Biofuel salah satu andalan dari transisi energi,” tuturnya. 

Nicke menerangkan, Biofuel energi sangat penting dan cocok untuk Indonesia. Dia berhitung, jika produksi Bioenergi meningkat, maka berdampak positif bagi sejumlah sektor bisnis.  

Misalnya, sektor perkebunan akan meningkat atau menyerap tenaga kerja, lalu menggunakan halan-halan yang tidak produktif, dan bisa juga menurunkan impor BBM.

TIDAK ADA KOMENTAR