Menkeu Purbaya Gelontorkan Rp200 Triliun ke 6 Bank, Ekonomi Diharap Kembali Bergairah
Menkeu Purbaya Gelontorkan Rp200 Triliun ke 6 Bank, Ekonomi Diharap Kembali Bergairah

FirstIndonesiaMagz.id– Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengambil langkah berani dengan mengalirkan dana pemerintah senilai Rp200 triliun ke enam bank nasional, Jumat (12/9). Kebijakan ini menjadi gebrakan pertamanya sejak dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (8/9) lalu, sekaligus upaya cepat menyalurkan likuiditas ke sistem keuangan agar roda perekonomian kembali bergerak.

Dana jumbo tersebut selama ini mengendap di Bank Indonesia (BI) dalam bentuk saldo kas pemerintah, termasuk Sisa Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA). Purbaya menilai, penempatan dana itu di BI terlalu pasif dan tidak memberi manfaat langsung bagi dunia usaha maupun masyarakat.

“Begitu saya masuk ke (Kementerian) Keuangan, kita lihat sistem finansial kita agak kering. Makanya ekonominya melambat, makanya dalam 1–2 tahun terakhir orang susah cari kerja dan lain-lain. Karena ada kesalahan kebijakan di situ, moneter dan fiskal,” ungkap Purbaya dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis (11/9).

Enam Bank Jadi Penyalur Dana

Purbaya menyebut, dana Rp200 triliun itu akan disalurkan ke enam bank, terdiri atas empat bank umum konvensional dan dua bank umum syariah. Namun, ia enggan membeberkan secara gamblang nama-nama bank yang mendapat aliran dana.

Meski demikian, publik memperkirakan sebagian besar penerima dana berasal dari kelompok Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang terdiri atas BRI, BNI, Mandiri, dan BTN. Dua bank syariah yang disebut-sebut masuk daftar kemungkinan adalah BSI (Bank Syariah Indonesia) dan satu bank syariah lainnya.

“Porsinya beda-beda. Nanti kita atur pembagiannya. Harusnya cepat, malam ini saya tanda tangan, besok sudah masuk ke bank-bank itu,” tegasnya.

Restu Presiden Prabowo

Langkah Purbaya bukan keputusan sepihak. Ia mengaku telah melapor langsung kepada Presiden Prabowo Subianto sebelum mengeksekusi kebijakan ini.

“Saya sudah lapor ke Presiden, ‘Pak, saya akan taruh uang ke sistem perekonomian.’ Saya sekarang punya Rp425 triliun di BI, cash. Besok saya taruh Rp200 triliun,” ujarnya.

Menurutnya, dengan masuknya dana segar tersebut, bank akan lebih leluasa menyalurkan kredit ke sektor produktif, termasuk UMKM, industri, dan infrastruktur. Dengan begitu, perekonomian nasional yang sempat stagnan diharapkan segera kembali pulih.

Respon Pasar dan Harapan Ekonomi

Kabar suntikan likuiditas ini mendapat sambutan positif dari pelaku pasar. Sejumlah analis bahkan menyebut langkah ini berpotensi menjadi “Purbaya Effect” yang bisa mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjelang akhir pekan.

Kebijakan ini juga dinilai sebagai sinyal perubahan arah fiskal yang lebih proaktif di era pemerintahan baru. Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, pemerintah ingin memastikan likuiditas dalam negeri cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

Namun, sebagian pengamat tetap memberi catatan agar penyaluran dana ini disertai dengan mekanisme pengawasan ketat. Tujuannya agar dana tidak hanya parkir di bank, melainkan benar-benar mengalir ke sektor riil dan menyentuh masyarakat luas.

Langkah Awal Perubahan

Kebijakan ini menjadi tanda bahwa Kementerian Keuangan di bawah Purbaya Yudhi Sadewa akan menempuh jalur berbeda dari pendahulunya. Jika sebelumnya dana pemerintah cenderung ditahan di BI untuk menjaga stabilitas, kini strategi yang dipilih adalah mendorong pertumbuhan dengan memperbesar likuiditas perbankan.

“Ini baru langkah awal. Fokus kita bukan hanya menjaga stabilitas, tapi juga memastikan uang negara bekerja untuk rakyat,” kata Purbaya.

Dengan Rp200 triliun pertama yang dilepas ke enam bank, publik kini menanti dampak nyata di lapangan. Apakah sektor usaha akan segera bangkit, lapangan kerja bertambah, dan kepercayaan konsumen meningkat—semuanya akan terjawab dalam beberapa bulan ke depan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here