
FirstIndonesiaMagz.id– Sulaiman, seorang nelayan tangguh dari pesisir Dumai, kini bersemangat untuk mempelajari budidaya ikan dengan sistem teknologi bioflok. Teknologi ini merupakan inovasi dalam budidaya ikan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta telah diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.
Keputusan Sulaiman untuk beralih ke budidaya ikan didorong oleh tantangan yang semakin besar dalam menangkap ikan di laut. Cuaca yang kerap tidak bersahabat membatasi akses melaut, sementara infrastruktur perikanan yang masih minim serta ancaman abrasi di wilayah tempat tinggalnya, Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, semakin memperumit keadaan. Melihat potensi besar dalam teknologi bioflok, ia berharap dapat menjadikannya sebagai alternatif sumber ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Akses nelayan untuk melaut mengalami tantangan baru sejak diberlakukannya Keputusan Menteri Perhubungan (KM) No. 819 Tahun 2018, yang menetapkan perairan Dumai sebagai bagian dari jalur pelayaran internasional di Indonesia, mengingat posisinya yang strategis di Selat Melaka. Regulasi ini bertujuan untuk mengatur alur pelayaran, sistem rute, prosedur lalu lintas, serta zona labuh kapal demi menjaga keselamatan dan kelancaran aktivitas maritim di kawasan tersebut. Namun, dalam implementasinya, nelayan setempat menghadapi keterbatasan ruang gerak yang berpengaruh pada aktivitas melaut dan penangkapan ikan, sehingga diperlukan solusi yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak.
Budidaya ikan nila dengan sistem bioflok menjadi peluang yang menjanjikan bagi Sulaiman dan 11 nelayan lainnya yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mundam Jaya. Metode ini dinilai potensial karena hanya memerlukan kolam terpal sebagai media budidaya serta memiliki waktu pemeliharaan yang relatif singkat, sekitar 4–6 bulan hingga masa panen, tergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan. KUB Mundam Jaya merupakan bagian dari kelompok binaan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Dumai, yang berkomitmen untuk memberdayakan kelompok nelayan tangkap di wilayah pesisir Dumai.
Inovasi teknologi bioflok terbukti efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya air, sehingga lebih adaptif terhadap perubahan iklim, termasuk kondisi kemarau panjang seperti yang terjadi saat ini. Hal ini sejalan dengan penjelasan Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia pada tahun 2023. Selain meningkatkan efisiensi dalam budidaya ikan, inovasi ini juga berkontribusi dalam mengurangi praktik budidaya di perairan terbuka seperti danau atau waduk, yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan. Lebih dari itu, penerapan teknologi bioflok turut membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat serta mendukung program ketahanan pangan berbasis protein hewani.
Dengan semangat dan dukungan berkelanjutan dari Kilang Dumai melalui berbagai pelatihan yang dilakukan secara masif dan terstruktur, wawasan serta keterampilan Sulaiman dan nelayan lainnya terus berkembang, baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Salah satu bentuk nyata dari upaya ini adalah Pelatihan Budidaya Ikan Nila Salin yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nelayan dalam mengelola usaha perikanan secara lebih produktif dan berkelanjutan.
Area Manager Communication, Relations, & CSR Kilang Dumai, Agustiawan, menegaskan bahwa pelatihan budidaya ikan nila salin bagi Kelompok Mundam Jaya merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di sekitar wilayah operasi Kilang Dumai, melalui program TJSL Bedelau Minapolitan.
“Kegiatan yang berhasil diselenggarakan merupakan wujud nyata komitmen kami dalam memberikan dampak positif secara berkelanjutan bagi masyarakat. Berbagai pelatihan dan pendampingan terus kami lakukan guna meningkatkan keahlian dan daya saing para nelayan. Dengan demikian, keterbatasan akibat sulitnya melaut tidak lagi menjadi hambatan utama dalam meningkatkan perekonomian mereka,” ujar Agustiawan.
Lebih lanjut, Agustiawan berharap pelatihan-pelatihan tersebut dapat membuka peluang usaha yang lebih luas dan berkelanjutan bagi para nelayan, sehingga mereka tidak sepenuhnya bergantung pada hasil tangkapan laut.
Agustiawan juga menjelaskan bahwa program pelatihan budidaya ikan nila salin dengan metode bioflok ini merupakan hasil sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Universitas Riau dan Dinas Perikanan Kota Dumai.
Dukungan Keberlanjutan Budidaya Ikan Nila Salin Kelompok Mundam Jaya dengan PLTS
Selain memberikan dukungan infrastruktur kolam bioflok dan keterampilan budidaya ikan bagi Kelompok Nelayan Mundam Jaya, Kilang Dumai juga mengambil langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan program budidaya ikan nila salin dengan menghadirkan solusi energi terbarukan. Sebagai langkah mitigasi terhadap potensi kendala serta untuk mendukung operasional budidaya, perusahaan telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off-grid dengan kapasitas panel surya 4,4 kWp dan baterai 5 kWh.
PLTS ini merupakan bagian dari program Desa Energi Berdikari (DEB) Kilang Dumai, yang tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan listrik untuk operasional lampu dermaga dan kolam bioflok, tetapi juga berkontribusi dalam penghematan biaya listrik hingga Rp 9,3 juta per tahun. Selain itu, penggunaan PLTS ini turut mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dengan estimasi penurunan 5,52 ton CO₂ per tahun.
Agustiawan menegaskan bahwa inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung keberlanjutan operasional kolam bioflok nelayan, tetapi juga sebagai upaya mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan pemanfaatan energi bersih dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
“PLTS ini memungkinkan nelayan untuk tidak lagi sepenuhnya bergantung pada listrik konvensional. Ini juga menjadi bagian dari komitmen Pertamina dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT), sekaligus mendorong transisi menuju penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan,” ujar Agustiawan.
Budidaya ikan dengan media bioflok ini dirancang sebagai bagian dari rangkaian program pemberdayaan Kelompok Mundam Jaya, yang merupakan binaan TJSL Kilang Dumai. Program ini dikembangkan sebagai solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi para nelayan, berdasarkan hasil pemetaan sosial dan pendekatan komprehensif yang telah dilakukan. Melalui inisiatif ini, diharapkan para nelayan dapat memiliki alternatif usaha yang lebih berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka secara ekonomi dan sosial.
Melalui inisiatif ini, Kilang Dumai menegaskan komitmennya dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan membangun sinergi positif yang mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar. Program ini juga selaras dengan implementasi nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) yang menjadi prinsip utama Kilang Pertamina Dumai dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Ke depan, Kilang Dumai berkomitmen untuk terus menghadirkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang tidak hanya berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah operasional perusahaan.