Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Jadi Evaluasi Nasional, Menag Janjikan Aturan Konstruksi Baru
Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Jadi Evaluasi Nasional, Menag Janjikan Aturan Konstruksi Baru

FirstIndonesiaMagz.id– Tragedi runtuhnya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang terjadi pada Senin (29/9) dini hari, masih menyisakan duka mendalam. Insiden ini menelan banyak korban jiwa dan luka-luka, serta menjadi perhatian nasional.

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyebut peristiwa tersebut sebagai pelajaran penting agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

“Bagi kita, ini menjadi pelajaran besar. Kami akan berupaya mengeliminasi potensi terjadinya peristiwa serupa di tempat lain,” ujar Nasaruddin saat meninjau langsung lokasi kejadian di Sidoarjo, Selasa (30/9).

Hingga Senin (6/10) pagi, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur telah menerima 55 kantong jenazah, termasuk lima potongan tubuh (body part), dari reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Jatim Kombes Pol. M. Khusnan menjelaskan bahwa dari total tersebut, 10 jenazah telah berhasil diidentifikasi — lima di Sidoarjo dan lima lainnya di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.

Proses pencocokan DNA dan verifikasi ganda terus dilakukan untuk memastikan keakuratan identitas setiap korban. Sebanyak 60 sampel DNA korban juga telah dikirim ke Jakarta guna mempercepat proses identifikasi.

Sementara itu, BNPB menyatakan bahwa 13 orang masih dalam pencarian, menjadikan insiden ini sebagai salah satu tragedi terbesar di Indonesia sepanjang 2025.

Menag Nasaruddin menegaskan bahwa Kementerian Agama akan merumuskan kebijakan khusus terkait standar pembangunan pondok pesantren dan madrasah agar sesuai dengan regulasi pemerintah di bidang konstruksi.

“Ke depan, setiap pembangunan lembaga pendidikan keagamaan harus mengindahkan aturan yang berlaku sebagaimana ditetapkan pemerintah dalam bidang pembangunan,” jelasnya.

Kemenag, lanjut Nasaruddin, akan segera menggelar pertemuan dengan para ahli konstruksi dan lembaga terkait guna menyusun panduan teknis bangunan pendidikan keagamaan.

“Tekad kami jelas, jangan sampai ada peristiwa serupa terulang. Kami akan bekerja sama dengan pihak-pihak kompeten karena kami bukan ahli bangunan,” ujarnya.

Selain fokus pada aspek teknis pembangunan, Nasaruddin juga menekankan pentingnya penanganan psikologis bagi santri dan keluarga korban.

“Pendekatan pertama yang kami lakukan adalah menstabilkan emosi. Kita harus menciptakan suasana yang tenang agar semua pihak dapat berpikir objektif dan mencari solusi terbaik,” katanya setelah bertemu dengan pengasuh pesantren.

Tragedi Ponpes Al Khoziny tidak hanya meninggalkan luka bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi peringatan keras tentang pentingnya keselamatan bangunan pendidikan. Sejumlah tokoh nasional, termasuk Ketua DPR RI Puan Maharani, turut menyampaikan belasungkawa dan mendesak pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar keamanan sarana pendidikan berbasis masyarakat dan keagamaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here