FirstIndonesiaMagz.id– Badan Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkap IKN diproyeksi menjadi kota minus karbon pertama di Indonesia pada 2030. Kepala OIKN Bambang Susantono menjelaskan hal tersebut bisa realisasi karena 65% dari kawasan IKN yang merupakan hutan tropis.
Dengan demikian, IKN seharusnya dapat menyedot lebih banyak karbon yang dihasilkan nantinya. Untuk mencapai target tersebut, Bambang mengatakan, IKN telag memiliki fasilitas pembibitan pohon di dekat IKN.
“Itung-itungan kami tahun 2030 IKN bisa jadi carbon netral city, tapi ada teman saya Presiden dan CEO world research institue, bilang harusnya bisa lebih dair itu, tidak cuma cabrbon netral, tapi bisa carbon negatif city,” kata Bambang dalam acara Sustainable Action for Future Economy (SAFE) di Jakarta, Selasa (26/9).
Menurut Bambang saat ini kapasitas produksi bibit pohon di fasilitas tersebut mencapai 15 juta pohon per tahun. Total lahan kawasan IKN mencapai sekitar 250.000 hektare. Artinya, kawasan hutan tropis di IKN adalah sekitar 150.000 hektare.
Bambang juga berencana menerbitkan obligasi iklim pada tahun 2027 mendatang. Saat ini Bambang telah membentuk komite Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola atau ESG di IKN. Bambang mengatakan salah satu syarat penerbitan obligasi ikim dengan menaati prinsip-prinsip ESG. Beberapa jenis obligasi iklim di antaranya Obligasi Hijau maupun Obligasi Biru.
“Misalnya, yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan. Obligasi Iklim juga akan berkaitan dengan perubahan iklim,” kata Bambang.
Selaras dengan cita-cita menjadikan IKN sebagai kota yang rendah karbon. Badan Otorita juga akan memasukkan target tersebut dalam komitmen pengurangan emisi lokal (local determined comitment atau LDC) milik IKN.
Bambang berniat untuk meluncurkan LDC tersebut di Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP 28 di Dubai, Uni Emirat Arab pada akhir tahun ini. Bambang menjelaskan, isi LDC tersebut adalah peta jalan dan cetak biru IKN terkait target-target pengurangan emisi dalam melawan perubahan iklim
“Kami akan menjadi yang pertama di Indonesia, dan salah satu Ibu Kota pertama di dunia yang meluncurkan LDC, karena enggak gampang punya komitmen terkait perubahan iklim,” pungkas Bambang.