
Jakarta, FirstIndonesiaMagz.id-Tempe, yang sering diasosiasikan dengan makanan tradisional Indonesia yang mudah diolah menjadi berbagai hidangan, telah meraih popularitas internasional. Harganya yang terjangkau dan rasa yang disukai oleh berbagai kalangan membuat tempe menjadi makanan unggulan di Indonesia.
Hal yang mengejutkan, tempe yang terbuat dari kacang kedelai dinobatkan sebagai salah satu makanan vegan terbaik di dunia. Kepopuleran tempe di Eropa mendorong dua siswa dari BINUS SCHOOL Simprug untuk mengembangkan “Portable Machine of Tempeh Making” sebuah teknologi untuk mengolah kedelai menjadi tempe yang ramah lingkungan.
Teknologi ini dipamerkan di ajang Ars Electronica Festival 2023 mulai dari 6-10 Oktober 2023 yang diselenggarakan di gedung POSTCITY Linz, Kota Linz, Austria.
Boot BINUS SCHOOL Simprug dengan yakin mengusung tema “Tempeh Universe: Revealing the Secret of Tempeh – Indonesian Food Heritage and Vegan Life” dan menyuguhkan Portable Machine of Tempeh Making, teknologi pengolah kedelai hingga menjadi tempe.
Portable Machine of Tempeh Making merupakan proyek karya dua siswa kelas 10 di BINUS SCHOOL Simprug, yaitu Kenneth William Santoso dan Davrell Mylka Jowkins. Kehadiran mereka di ajang internasional ini juga didampingi guru BINUS SCHOOL Simprug, Ms. Savita sebagai Research Mentor, serta Dr. Rinda Hedwig sebagai Research Interest Group Leader dan Marcel Saputra sebagai Research & Development Coordinator dari Computer Engineering BINUS University, dan juga Chef Trias Septyoari Putranto.
Dengan semangatnya, Kenneth William Santoso dan Davrell Mylka Jowkins memberikan penjelasan tentang bagaimana pengoperasian dari alat tersebut. Kenneth menjelaskan bahwa konsep di balik teknologi ini terhitung sederhana, yakni mengontrol semua proses pengolahan tempe, mulai dari tahap-tahap awal seperti mencuci kedelai, merebus, hingga mengupas kulit dari biji kedelai.
“Langkah pertama mesin adalah merendam kedelai selama 6 jam sambil mesin berosilasi maju mundur untuk memastikan terpisahnya kulit dari biji. Kedua, mesin akan membuat air kedelai mencapai suhu mendidih. Ketiga, mesin akan meningkatkan kecepatan putarannya untuk memastikan pemisahan sempurna antara kulit dan biji kedelai,” ucap Davrell.
Davrell melanjutkan, mesin ini juga akan menambahkan ragi sebagai bahan dasar pengolahan kedelai menjadi tempe. Temperatur dari mesin ini pun menyesuaikan dengan suhu ruangan yang juga dilengkapi dengan sirkulasi udara agar dapat berfermentasi.
“Hasil dari proses yang sudah dikendalikan ini adalah terciptanya masakan tempe secara utuh. Mesin ini menjalankan seluruh proses mulai dari kedelai hingga tempe, sehingga menawarkan kualitas yang konsisten kepada konsumen dengan lebih sedikit pekerjaan,” imbuh Kenneth.
Mesin ini direncanakan untuk dipasarkan di negara-negara di luar Asia (kecuali Jepang) sebagai upaya mempromosikan kuliner tradisional Indonesia kepada dunia.
Kepala Sekolah BINUS SCHOOL Simprug, Mr. Isaac Koh menyebut bahwa setiap bakat dan minat dari siswa harus terus didukung agar bisa terus terasah, sehingga potensinya bisa berdampak untuk orang banyak.
“Di sini kami percaya untuk terus mendorong siswa dalam menggali potensi dan bakatnya, dan kami juga mendukungnya melalui berbagai macam sumber yang dibutuhkan siswa untuk bisa mendapatkan hasil terbaik,” ucap Mr. Isaac
Sebagai guru yang membimbing perjalanan Kenneth dan Davrell dalam proyek ini, Ms. Savita sangat bangga dengan kesempatan yang sudah diberikan pada Ars Electronica Festival 2023, terlebih lagi respon yang didapat juga sangat positif.
“Selama mengikuti pameran di Austria, respon yang kami dapat sangat luar biasa, terlihat bahwa banyak orang di Eropa yang sangat tertarik dengan teknologi pengolah tempe ini, mereka juga tampak suka dengan makanan-makanan olahan yang berasal dari tempe,” sebut Ms. Savita.
KBRI/PTRI juga ternyata turut hadir dan memberikan dukungan kepada delegasi BINUS SCHOOL Simprug yang sudah membawa nama Indonesia melalui teknologi ciptaannya. Ars Electronica Festival merupakan pameran yang menggabungkan beberapa ilmu yaitu sains, bisnis, kreatifitas dan seni, serta kearifan lokal dari seluruh dunia.
Kehadiran BINUS SCHOOL Simprug dengan membawa karya “Portable Machine of Tempeh Making” adalah bukti bahwa BINUS SCHOOL mendukung siswa dalam mengembangkan potensi mereka untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, sejalan dengan visi BINA NUSANTARA untuk memajukan dan memberdayakan masyarakat dalam membangun dan melayani bangsa.