FirstIndonesiaMagz.id– Perang antara Rusia dan Ukraina tidak ada habisnya. Memasuki hari ke-524, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan Kremlin bisa saja menggunakan senjata nuklir apabila Ukraina dan sekutu sukses melancarkan serangan balasannya.
“Bayangkan jika serangan perlawan (Ukraina) bersama NATO sukses dan berakhir dengan mengambil alih tanah kita. Maka kita harus menggunakan senjata nuklir berdasarkan ketentuan Keputusan Presiden Rusia,” kata Medvedev dalam unggahan di Telegram, Minggu (30/7).
Medvedev mengatakan tak ada solusi yang lebih cemerlang dari itu jika situasi tersebut benar terjadi.
Bahkan, dia mewanti-wanti Ukraina dan sekutunya agar berdoa supaya Rusia mau berbesar hati untuk tidak “menuklir” dunia.
“Musuh-musuh kami harus berdoa kepada para prajurit kami agar mereka tidak membiarkan dunia terbakar nuklir,” ujarnya.
Ini merupakan kesekian kalinya momok konflik nuklir dalam invasi yang sudah berlangsung selama lebih dari setahun tersebut.
Medvedev, mantan presiden Rusia periode 2008-2012 itu berulang kali bicara soal ini, seperti yang terjadi pada April lalu. Kala itu, dia memperingatkan bahwa ancaman nuklir Rusia bisa meningkat jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO.
Helsinki sejauh ini sudah bergabung dengan NATO pada April 2023, sementara Stockholm sudah mengantongi kejelasan setelah Turki mencabut keberatannya baru-baru ini.
Pada Januari, ketika NATO tengah memperdebatkan pengiriman senjata baru ke Ukraina, ia kembali menyebut kekalahan Rusia dalam perang bisa memicu konflik nuklir.
“Hilangnya kekuatan nuklir dalam perang konvensional dapat memicu pecahnya perang nuklir,” kata dia pada Januari melansir dari CNN Indonesia, Selasa (1/8).
Meski seolah menakut-nakuti, pernyataan Medvedev ini sendiri menyuarakan kemungkinan bahwa Rusia berpotensi kalah perang setelah hampir 18 bulan bertarung. Ini sekaligus menjadi pengakuan langka dari seorang pejabat senior Rusia.
Pernyataan Medvedev juga muncul beberapa jam setelah Kementerian Pertahanan Kremlin menuding Kyiv menyerang ibu kota Moskow dengan drone.
Tiga pesawat nirawak yang diklaim milik Ukraina dilaporkan berhasil dicegat pada Minggu (30/7). Meski begitu, hal ini merusak beberapa bisnis dan pusat perbelanjaan di ibu kota.