FirstIndonesiaMagz.id- Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring penguatan indeks dolar AS (DXY) dan imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun yang terus meningkat.
Rupiah menembus level psikologis Rp 15.600/USD dan menyentuh atau melemah 0,49% terhadap dolar AS, menurut laporan Refinitiv dikutip dari CNBC Indonesia pada Selasa (03/10).
Posisi tersebut merupakan yang terlemah sejak 6 Januari 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.
DXY membuka perdagangan hari ini di 107,02 dan saat ini kembali berada di 107,13 atau 0,20% dari penutupan kemarin di 106,90.
DXY menguat sejak pertengahan Juli 2023, dari 99,9 hingga menguat ke 7,23 dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Selain itu, pada tanggal 5 April 2023, imbal hasil Treasury AS 10-tahun telah meningkat sangat signifikan dari level terendah 3,28% tahun ini dan kini meningkat menjadi 4,67% atau 42,37% seiring berjalannya waktu. .
Meningkatnya imbal hasil di Amerika Serikat menarik semakin banyak investor untuk mencari modal di Amerika Serikat, dengan kata lain negara-negara emerging market seperti Indonesia semakin terdorong keluar (terjadi capital outflow).
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan investor asing terus menarik diri dari pasar keuangan Indonesia sehingga menyebabkan arus modal keluar.
Data Transaksi BI Per 25-27 September 2023, transaksi pasar keuangan domestik investor asing sebesar Rp7,77 triliun yang terdiri dari transaksi di Pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp7,86 triliun dan transaksi ekuitas sebesar Rp2,07 triliun.
Pembelian bersih Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) senilai Rp 2,16 triliun.
Hal ini tidak bisa dibedakan dengan suku bunga AS yang meningkat dari waktu ke waktu. FYI, suku bunga AS saat ini 5,25-5,50%. Pada akhir tahun, bank sentral Amerika (Fed) berencana menaikkan kembali suku bunga dasar (25 basis poin).
Hal ini tercermin dalam survei alat FedWatch CME pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada bulan November.
Survei tersebut menemukan bahwa 27,2% percaya The Fed akan menaikkan suku bunga. Sementara itu, persentase yang lebih besar, yakni 39 persen dari mereka yang disurvei, meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga pada Desember 2023. ***