FirstIndonesiaMagz.id– Sebagai kilang terbesar di Indonesia yang menyuplai lebih dari sepertiga kebutuhan bahan bakar nasional, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap tak hanya berperan dalam menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga aktif menumbuhkan kemandirian masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya.
Pada Jumat (10/10), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap telah mengikuti kegiatan wawancara penjurian Indonesia CSR Excellence Award (ICEA) 2025 yang diselenggarakan oleh First Indonesia Magazine bersama para konsultan CSR, pakar ekonomi, keuangan, lembaga terkait, serta dukungan Kementerian dan Lembaga terkait.
ICEA 2025 merupakan kegiatan penilaian dan pemberian penghargaan (award) tahunan kepada perusahaan-perusahaan BUMN, BUMD dan Swasta yang telah menjalankan program Corporate Social Responsibelity (CSR)/ Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)/ Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)/ Community Development terbaik.
Adanya ICEA ini diharapkan dapat mendorong dan menjadi penyemangat serta tantangan tersendiri bagi perusahaan maupun lembaga pemerintahan untuk terus meningkatkan program CSR dengan merumuskan kembali program CSR-nya, guna mempertahankan kawasan sebagai pusat pertumbuhan (epicentrum of growth).
Dalam kegiatan ICEA 2025 ini akan melalui beberapa tahap meliputi kegiatan penjurian dan penilaian dari para dewan juri serta tahap final-nya perolehan penghargaan.
Pada saat kegiatan wawancara penjurian, pemaparan materi oleh Cecep Supriyatna selaku Area Manager Comm, Rel & CSR KPI RU IV Cilacap.
Melalui program Masyarakat Mandiri Kutawaru (MAMAKU), KPI RU IV Cilacap mengubah kawasan pesisir yang dulu identik dengan kerentanan sosial dan pencemaran menjadi sentra ekonomi berbasis lingkungan dan energi terbarukan.
Program MAMAKU lahir dari hasil social mapping pada 2024 yang menemukan sejumlah persoalan klasik di Kelurahan Kutawaru, Cilacap — mulai dari kebiasaan membuang sampah sembarangan, tidak adanya TPA akibat kondisi geografis, hingga keberadaan kelompok rentan seperti pemulung dan eks pekerja migran. Di sisi lain, terdapat potensi besar berupa kohesivitas sosial yang tinggi serta munculnya local hero seperti Ketua Bank Sampah Abhipraya, yang menjadi motor penggerak perubahan di masyarakat.
Bertolak dari temuan tersebut, RU IV Cilacap menginisiasi Program MAMAKU Berdikari, sebuah model pemberdayaan masyarakat terpadu berbasis ekonomi sirkular, konservasi lingkungan, dan energi hijau. Program ini membangun jejaring antara kelompok masyarakat, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, serta pemangku kepentingan lainnya untuk mewujudkan kawasan pesisir yang mandiri dan berkelanjutan.
Melalui berbagai tahapan sejak 2022, MAMAKU mengembangkan beragam inisiatif yang kini menjadi simbol keberhasilan CSR berbasis Creating Shared Value (CSV). Di bidang ekonomi, masyarakat diberdayakan melalui budidaya kepiting sistem “Rusun Tinggi”, olahan hasil tambak, dan pasar komunal “Amarta”. Selain itu, pelatihan pengelolaan sampah, pembuatan kompos, hingga pengembangan homestay turut membuka peluang ekonomi baru bagi kelompok perempuan dan pemuda.
Pada sisi lingkungan, KPI RU IV Cilacap melalui program ini telah berhasil menanam lebih dari 25.000 bibit mangrove di kawasan tambak silvofishery, menjaga 17,5 hektar lahan dari pembukaan tambak baru, serta menurunkan risiko abrasi di area seluas 5,5 hektar. Melalui instalasi PLTS berkapasitas 6.200 WP, masyarakat mampu menghasilkan 6.400 WP energi terbarukan per hari dan menghemat biaya listrik hingga Rp1,5 juta per bulan.
Aspek sosial dan pendidikan juga diperkuat lewat pendirian Learning Center budidaya perikanan dan kelautan, buku panduan ekosistem mangrove, serta pelatihan administrasi dan keuangan bagi kelompok masyarakat. Hingga 2025, program ini telah mentransformasi 240 kepala keluarga rentan menjadi kelompok produktif dan menurunkan angka keluarga pra-sejahtera sebesar 0,26% di wilayah tersebut.
Salah satu inovasi andalan dari MAMAKU adalah Bank Sampah Abhipraya, yang menjadi pusat sirkulasi sampah organik dan anorganik dari rumah warga dan tiga unit usaha kemitraan. Dari sistem ini, sampah yang sebelumnya menjadi masalah kini berubah menjadi sumber ekonomi baru yang menopang kegiatan produktif masyarakat.
Dengan capaian sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terukur—mulai dari pendapatan budidaya kepiting sebesar Rp30,6 juta per bulan hingga simpanan karbon mencapai 13.958 ton CO₂ per tahun—MAMAKU menjadi contoh konkret bagaimana sinergi antara industri dan masyarakat dapat menciptakan nilai bersama yang berkelanjutan.
Melalui program ini, PT KPI RU IV Cilacap bukan hanya mengubah wajah pesisir Kutawaru, tetapi juga menegaskan komitmennya sebagai world class refinery yang menyalurkan energi bersih bagi bangsa, sekaligus energi perubahan bagi masyarakat.