FirstIndonesiaMagz.id– Serangan udara Israel kembali mengguncang Beirut Selatan pada Minggu (23/11), menandai peningkatan eskalasi baru di tengah gencatan senjata yang kian rapuh antara Israel dan Hizbullah. Serangan presisi yang menghantam distrik Haret Hreik, kawasan yang dikenal sebagai basis kuat Hizbullah, menewaskan Ali Tabtabai, salah satu pejabat militer paling senior yang tersisa dalam struktur kelompok tersebut.
Militer Israel mengonfirmasi operasi tersebut, menyebut Tabtabai sebagai figur krusial yang “mengomandoi sebagian besar unit Hizbullah dan bekerja keras memulihkan kesiapan mereka untuk berperang dengan Israel.” Serangan itu juga dilaporkan menewaskan warga sipil di area padat permukiman tersebut.
Kematian Tabtabai segera dibenarkan oleh Hizbullah. Dalam pernyataannya, kelompok tersebut menyebutnya sebagai “komandan jihad besar” yang terus “menghadapi musuh Israel hingga detik terakhir kehidupannya.”
Meski tidak merinci jabatannya, hizbullah menegaskan level senioritas Tabtabai dalam tubuh organisasi. Ia telah lama menjadi incaran Amerika Serikat, yang menjatuhkan sanksi padanya sejak 2016 dan menawarkan hadiah hingga US$5 juta bagi pihak yang memberikan informasi keberadaannya.
Dalam periode satu tahun terakhir, Israel berhasil mengeliminasi sebagian besar pimpinan puncak Hizbullah, termasuk pemimpin tertinggi kelompok tersebut saat itu, Hassan Nasrallah. Pembunuhan Tabtabai disebut sebagai pukulan strategis lain terhadap struktur komando kelompok tersebut.
Di lokasi serangan, pejabat Hizbullah Mahmoud Qmati mengecam keras langkah Israel. Berdiri di tengah bangunan yang hancur, ia menyebut serangan itu sebagai pelanggaran batas yang selama ini tidak disentuh Israel.
“Israel telah melintasi garis merah,” kata Qmati kepada wartawan. Ia menambahkan bahwa keputusan mengenai respons sepenuhnya berada di tangan pucuk pimpinan organisasi tersebut. “Kepemimpinan akan menentukan apakah dan bagaimana kami akan merespons.”
Kementerian Kesehatan Lebanon mengonfirmasi bahwa serangan itu menewaskan lima orang dan melukai 28 lainnya. Ledakan yang menghantam sebuah gedung bertingkat menyebabkan runtuhan besar menimpa jalan raya utama di bawahnya, memicu kepanikan warga dan merusak sejumlah fasilitas di sekitarnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam pernyataan singkat yang disiarkan televisi, menegaskan bahwa Israel tidak akan membiarkan Hizbullah memulihkan kemampuan militernya.
“Kami tidak akan mengizinkan Hizbullah memulihkan kekuatannya,” ujarnya. Netanyahu juga menekankan bahwa pemerintah Lebanon harus memenuhi “kewajiban untuk melucuti senjata Hizbullah.”
Sementara itu, Presiden Lebanon Joseph Aoun mendesak komunitas internasional untuk turun tangan menghentikan rangkaian serangan Israel yang semakin meluas.
Serangan terbaru ini terjadi hanya sepekan sebelum kunjungan bersejarah Paus Leo ke Lebanon, yang menjadi lawatan luar negeri pertamanya sejak menjabat. Kunjungan tersebut oleh sebagian warga dianggap sebagai secercah harapan bagi negara yang tengah terpuruk oleh krisis ekonomi dan ketegangan politik berkepanjangan.





























