FirstIndonesiaMagz.id, Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani memperingatkan bahwa penurunan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan China akan memiliki dampak terhadap negara-negara lainnya termasuk Indonesia. Ia memberi contoh bahwa ketika AS menaikkan suku bunga, banyak negara langsung mengalami tekanan ekonomi.
“Saat negara besar seperti AS bersin, semua negara tetangganya merasakan efeknya seperti terserang flu. Atau ketika China mengalami pelemahan, semua harus bersiap menghadapi ketidakstabilan ekonomi,” ujarnya, Selasa (24/10).
Ani, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa banyak negara di Amerika Latin dan Afrika mengalami krisis utang sejak tahun 1980-an. Bahkan, sekitar 60 negara berpendapatan menengah mengalami krisis utang.
Untuk mencegah Indonesia menghadapi situasi serupa, ia menjelaskan bahwa pemerintah telah menjalankan kebijakan disiplin fiskal dengan membatasi defisit APBN agar tidak melebihi tiga persen. Indonesia hanya mengizinkan defisit APBN di atas tiga persen selama tiga tahun sejak tahun 2020.
Sri Mulyani mengakui bahwa banyak pihak bertanya mengapa batas waktu tiga tahun untuk perluasan defisit, terutama karena tidak ada yang dapat memprediksi kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Namun, ia menegaskan bahwa tujuannya adalah agar negara tetap menjaga kedisiplinan fiskal.
“Saya menjelaskan bahwa banyak negara yang membiarkan defisitnya tidak dibatasi, akhirnya menjadi ketergantungan. Jadi, saya menjelaskan bahwa kita hanya memberi batas waktu tiga tahun, untuk menciptakan rasa disiplin, agar kita kembali kepada prinsip disiplin fiskal,” tambahnya.