FirstIndonesiaMagz.id– Di usianya yang terbilang masih muda, Dyah berhasil menyandang status mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UI. Dyah Ayu Ardhana Reswari lolos FKUI di usia 15 tahun. Dia lolos melalui ujian masuk Universitas Indonesia (UI) tahun ini melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).
Ia mencontohkan makna kata-kata bijak bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda. Sebelumnya, ia gagal seleksi lewat jalur masuk Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk meneruskan pendidikan ke FKUI.
Dalam sebuah kesempatan, ia menceritakan perjuangannya agar bisa lolos FKUI di usianya yang terbilang masih muda.
“Saya sering mengerjakan latihan soal, mengikuti tryout, dan me-review hasil ujian. Review inilah yang paling penting karena dengan melihat letak kesalahan saat latihan atau tryout, saya bisa mempelajari lagi materi yang kurang dimengerti,” ujarnya.
Saat SMA, ia mulai riset mengenai perkuliahan di UI melalui testimoni orang-orang di media sosial. Ia juga mendapat informasi lebih lanjut dari mahasiswa UI yang mengadakan kegiatan Expo Campus di sekolahnya.
Setelah melihat reputasi FKUI yang selalu berhasil menghasilkan lulusan berkualitas, ditambah lagi UI memiliki fasilitas pendukung pembelajaran dan riset yang lengkap, Dyah semakin yakin untuk memilih FKUI sebagai tempatnya menempuh pendidikan.
“Dulu, banyak yang bilang impian saya untuk masuk FKUI terlalu idealis dan tidak realistis. Namun, Alhamdulilah, berkat dukungan orang tua dan teman-teman, saya memberanikan diri untuk memilih FKUI di SNBT. Walaupun nilai tryout masih kurang, saya tetap berusaha, dan saya pun berhasil. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin kalau kita berusaha dan yakin!” kata Dyah.
Sebagai mahasiswa termuda, Dyah terbiasa untuk disiplin sejak kecil. Ia masuk SD di umur yang tergolong cukup muda, yaitu 4 tahun 10 bulan. Ia juga mengikuti program kelas akselerasi sehingga dapat menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Pertama hanya dalam waktu 2 tahun. Meski begitu, Dyah tidak hanya berkonsentrasi pada akademik, tetapi juga menyeimbangkannya dengan kegiatan non-akademik.
“Saya ingin menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan non-akademik serta mengembangkan minat dan relasi dengan bergabung di organisasi/UKM di UI. Selain itu, saya berharap FKUI dapat menjadi wadah untuk menimba ilmu dan membantu saya mewujudkan cita-cita sebagai dokter yang mampu mengimplementasikan ilmu demi kemajuan sektor kesehatan di Indonesia,” sambungnya. (Humas FKUI)