FirstIndonesiaMagz.id, Jakarta -Baru-baru ini, Matahari telah menunjukkan kekuatannya dengan melepaskan dua semburan api matahari besar dalam seminggu terakhir. Ledakan ini, yang juga dikenal sebagai suar matahari atau gelombang panas, berpotensi memberikan dampak di Bumi, termasuk Indonesia.
Dalam beberapa kasus, semburan ini begitu kuat sehingga berdampak pada kehidupan di Bumi. Pada tanggal 2 Mei, semburan suar matahari terkuat, yang dikategorikan sebagai X-flare, meletus dari AR3663. Ledakan besar ini menyebabkan pemadaman listrik di beberapa negara, termasuk Australia, Jepang, China, dan Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa Badan Meteorologi di beberapa negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan suhu panas lebih dari 40°C dalam beberapa pekan terakhir. Di Thailand, suhu maksimum mencapai 52°C dan telah menyebabkan setidaknya 30 kematian akibat sengatan panas (heatstroke). Pada Kamis (25/4), Thailand mengeluarkan peringatan akibat insiden tersebut.
Di Indonesia, suhu maksimum harian mencapai 37,2°C di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat pekan lalu, meski secara umum suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34°C – 36°C hingga saat ini.
BMKG menjelaskan bahwa gelombang panas dapat dijelaskan melalui dua penjelasan yang saling melengkapi, yaitu penjelasan secara karakteristik fenomena dan penjelasan secara indikator statistik suhu kejadian.
Menurut BMKG, gelombang panas biasanya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan bumi bagian utara maupun di belahan bumi bagian selatan.
Namun, BMKG menjelaskan bahwa fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan ini, jika ditinjau secara lebih mendalam dengan dua penjelasan di atas, tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas.
“Fenomena ini lebih merupakan hasil dari gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” jelas BMKG dalam kanal resminya.
Dari segi indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2°C melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat beberapa saat lalu hanya terjadi satu hari tepatnya pada tanggal 17 April 2023. Suhu tinggi tersebut sudah turun dan kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36°C di beberapa lokasi.
Sebelumnya, beberapa suar matahari terkuat yang pernah tercatat telah meletus dari Matahari kita dalam beberapa hari terakhir, dan semuanya diarahkan tepat ke Bumi.