Sumber Gambar: https://id.pinterest.com/pin/ATdqDDG3qTtcp

firstindonesiamagz.id – Kementerian BUMN telah memiliki program peningkatan produktivitas petani lewat program makmur. Program tersebut dapat menyambungkan petani dengan ekosistem kebutuhan pertanian yang menyeluruh.

Dimulai dari pendampingan proyek pertanian, pihak asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, agro input, offtaker, dan pemerintah daerah.

Selain itu Staff Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengimbau bagi para petani untuk mengikuti program tersebut.

Termasuk para petani yang ada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Arya menyampaikan dengan program Makmur ini dapat dimanfaatkan oleh para masyarakat Kabupaten Karo, yang sebagian 75% moyoritasnya adalah para petani.

“Tanah Karo ini kan 75% nya petani. Saya sudah keliling ke 11 titik makmur dan ternyata Karo belum masuk program makmur,” tutur Arya, Minggu (11/4/2022) lalu.

Arya mengungkapkan program makmur ini adalah salah satu upaya dan solusi yang diberikan pemerintah terhadap para petani indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan dalam usaha pertanian.

“Program Makmur ini bisa bantu petani Karo untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Terbukti kita di Karawang peningkatan produktivitasnya mencapai 30%,” ujar Arya.

Kendati demikian, menurut arya, program makmur tersebut mampu menjawab tantangan yang selama ini dihadapi oleh para petani. Para petani juga sering mengeluhkan ketersediaan pupuk oleh karena itu adanya program makmur tersebut, Arya memastikan kebutuhan pupuk petani akan lebih terjamin, terlebih pupuk yang dimanfaatkan merupakan non subsidi atau komersial.

Sedangkan Program makmur ditawarkan untuk dikelola di atas lahan seluas 200 hektar untuk komoditas jagung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Diketahui pada Maret lalu, program makmur telah dilaksanakan dan dikelola di atas lahan seluas 92.884 hektar serta diikuti juga oleh 37.818 orang petani yang terpencar di sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Sulawesi Utara.

Lahan seluas 92.884 hektar tersebut, mencakup beberapa komoditas seperti padi di lahan seluas 18.212 hektar dan diikuti oleh 15.625 petani. Sedangkan sawit di lahan seluas 47.102 hektar dan diikuti 10.643 petani, lalu tebu di lahan seluas 17.721 hektar dan di ikuti oleh 5.753 petani. Meski begitu, terdapat juga komoditas jagung di lahan seluas 7.596 hektar dan diikuti oleh 2.932 petani. Holtikultura di lahan seluas 1.955 hektar dan diikuti oleh 2.589 petani. Perkebunan Rakyat di lahan seluas 298 hektar dan diikuti 276 petani.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here