FirstIndonesiaMagz.id, Jakarta-Sebagai salah satu negara tujuan ekspor RI terbesar, China dinilai memiliki korelasi yang tinggi dan sangat sensitif kepada ekonomi Indonesia.
Hal itu disampaikan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali yang mengatakan bahwa yang paling sensitif terhadap ekonomi Indonesia, adalah ekonomi China. Hal itu berarti ekonomi China mengalami penurunan, dan berdampak sensitif terhadap Indonesia.
“Dampak dari penurunan ekonomi di China, mengakibatkan penurunan permintaan dari negara yang menjadi tujuan ekspor kita,” ujar Rhenald di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Akibat penurunan ekonomi China yang dianggap besar pengaruhnya ke RI dibanding penurunan ekonomi AS. Rhenald menyebut leading economic indicator, AS saat ini mempunyai ekonomi yang tangguh.
“Hal ini terlihat dari inflasi yang mulai melandai, dan penjualan otomotif yang meningkat. “Banyak yang mengatakan AS itu bangkrut ekonominya, padahal kalau kita lihat, mereka lagi strong ekonominya. Kita bisa lihat demand-nya bagus, penjualan otomotifnya tinggi, inflasi juga mulai turun, tetapi memang bagaimana mereka menangani tingkat kemiskinan ini menjadi masalah di sana,” sebutnya.
Di samping itu, dunia tengah dihadapkan pada potensi resesi global. Hal ini tampak dari supply dan demand yang mengalami perlambatan di dunia.
Rhenald mengatakan supply dan demand untuk sejumlah produk komoditas ini mengalami pelemahan seiring peningkatan inflasi di sejumlah negara.
“Di negara maju inflasinya naik terus, walaupun di AS inflasi sudah turun, namun ada gejala yang diprediksi ini akan naik, ini mengakibatkan suku bunga di AS kemungkinan akan ditingkatkan lagi,” jelas Rhenald.
Potensi resesi global juga diperburuk dengan konflik geopolitik yang bergejolak. Tidak hanya persoalan konflik Timur Tengah, persoalan konflik lainnya, seperti China dan India juga menambah gejolak yang ada.