FirstIndonesiaMagz.id– Berita duka Turki dan Suriah yang baru saja diguncang gempa dahsyat M 7,8 masih berseliweran. Namun, ketegangan militer kembali terjadi di Timur Tengah. Kali ini, memanasnya hubungan politik dipicu oleh manuver Arab Saudi.
Pada Selasa (7/2), Riyadh meluncurkan serangan ke arah distrik Shadaa di wilayah Yaman. Dalam serangan itu, dua orang tewas dan tiga lainnya terluka.
Sumber militer pemerintah Sanaa mengatakan Saudi juga sempat melakukan operasi infiltrasi di distrik Maqbana, sebelah barat Taiz. Namun, upaya itu telah digagalkan.
“Pasukan agresi dan tentara bayaran mereka melakukan 63 pelanggaran baru terhadap perjanjian Al-Hudaydah selama 24 jam terakhir,” kata sumber tersebut kepada media Lebanon, Al Mayadeen mengutip dari CNBC Indonesia.
“Pasukan koalisi pimpinan Saudi membom daerah yang dikuasai tentara dan komite di selatan Al-Hudaydah dengan 11 peluru artileri,” tambahnya.
Saudi sendiri telah terlibat dalam serangan ke Yaman sejak 2015 lalu. Negara yang saat ini dipimpin Raja Salman dan anaknya Mohammed Bin Salman (MBS) itu ikut serta lantaran dimintai pertolongan oleh Presiden Yaman saat itu, Abdrabbuh Mansur Hadi, untuk melawan pemberontak Houthi.
Houthi dipercayai mendapatkan sokongan dari Iran. Kelompok itu juga telah menguasai bagian besar Yaman.
Laporan lembaga pengamat Oxfam mengatakan Yaman telah menjadi tujuan serangan rudal sejak Januari 2021 hingga akhir Februari 2022. Negara itu juga mengalami lebih dari empat serangan bersenjata terhadap warga sipil setiap hari.
Laporan tersebut menemukan bahwa serangan udara yang dilakukan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi menggunakan senjata yang hanya dipasok oleh Inggris dan AS.
Sementara itu, distrik Shadaa telah menjadi target bagi Saudi untuk diserang akhir-akhir ini. Daerah tersebut telah mengalami penembakan selama berminggu-minggu sehubungan dengan pembicaraan tidak langsung antara Arab Saudi dan Yaman mengenai gencatan senjata yang telah berakhir.
(kn)