FirstIndonesiaMagz.id- Rupiah secara signifikan melemah di tengah sesi perdagangan hari ini (19/10) karena selisih antara Treasury AS dan SBN 10-tahun menyempit dan Federal Reserve (Fed) AS masih enggan bersikap dovish.
Menurut Refinitiv, rupiah menembus level psikologis Rp 15.800/USD hingga mencapai Rp 15.820/USD atau melemah 0,60%. Posisi tersebut merupakan yang terlemah sejak 8 April 2020 atau sekitar 3,5 tahun terakhir dikutip dari CNBC pada Kamis (19/10).
Sementara itu, pergerakan di negara-negara Asia lainnya beragam, dengan ringgit Malaysia terdepresiasi sebesar 0,38%, peso Filipina sebesar 0,16%, dan Korea Selatan juga menguat sebesar 0,29. Sementara dolar Hong Kong menguat 0,01%, rupee India menguat 0,04%, dan yuan China menguat 0,02%.
Terdepresiasinya rupiah tak lepas dari pergerakan Treasury AS tenor 10 tahun yang kembali mencetak rekor dalam 16 tahun terakhir atau sejak 2007.
Per 18 Oktober 2023, imbal hasil US Treasury 10 tahun sebesar 4,902, sedangkan imbal hasil SBN 10 tahun sebesar 6,915. Secara perhitungan, selisih keduanya adalah 201 basis poin (bps).
Hal ini dapat memicu arus keluar modal dalam negeri yang lebih tinggi karena imbal hasil SBN kurang menarik dibandingkan US Treasury yang dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan SBN. ***