FirstIndonesiaMagz.id – PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) telah mengikuti kegiatan wawancara penjurian Indonesia Safety Excellence Award (ISEA) 2022 yang diselenggarakan oleh First Indonesia Magazine bersama PT Indonesia Popular Mandiri, Rabu (2/9/2022).
ISEA 2022 merupakan kegiatan corporate rating (award) tahunan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan tujuan memetakan persoalan dan tantangan yang dihadapi divisi K3 di perusahaan, khususnya di kondisi pada Covid-19 dengan bertransformasi digital tanpa mengesampingkan keselamatan dan budaya kerja di lingkungan perusahaan masing-masing yang sangat cepat berubah & turbulence, serta dapat membangun merawat dan budaya keselamatan di perusahaan masing-masing menuju perusahaan, lembaga pendidikan, dan organisasi yang memiliki tingkat budaya keselamatan kelas dunia.
Tahapan kegitan ISEA 2022 ini bukan hanya kegiatan wawancara penjurian saja, melainkan ada beberapa tahap yang meliputi kegiatan penilaian dari para dewan juri akademisi selanjutnya tahap final-nya perolehan penghargaan.
Berkenaan dengan kegiatan wawancara penjurian ISEA 2022 yang diikuti oleh PT PJB ini, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pembangkitan listrik, PT BJB secara virtual memaparkan lima indikator kunci untuk membangun budaya keselamatan dalam penerapan K3-nya.

Lima indikator kunci untuk membangun budaya keselamatan ini dijalankan PT BJB menurut nsw government yang meliputi:
1. Safety Leadership
“A culture of safety starts with leadership, because leadership drives culture and culture drives behaviour.” (Tillerson, R., 2010). Idealnya seorang leader bukan hanya tandatangankomitmen kebijakan saja, tapi menjalankan komitmen, menjadi panutan, memberikaninspirasi, memahami hirarki pengendalian resiko dan memahami aspek aspek K3 secarakomprehensif atau setidaknya mampu melihat secara helicopter view, karna K3 bukanhanya soal Alat Pelindung Diri, APAR & Rambu – Rambu.
2. Worker Involvement
Tidak ada safety culture tanpa worker involvement atau keterlibatan seluruh karyawan untuk menjadi safety volunteer. Keterlibatan seluruh pekerja dapat menumbuhkan behaviour safety.
3. Reporting Culture
Reporting adalah pondasi, tanpa budaya pelaporan yang baik dan terukur mustahil budaya safety berjalan dengan baik pada sebuah perusahaan. Dengan data reporting yang valid dan spesifik kita dapat menentukan pengendalian resiko yang tepat dan dari trend statistic yang ada kita dapat menentukan program kerja yang tepat dan memberikan dampak yang signifikan untuk mewujudkan zero accident.
4. Risk Awareness
salah satu kemampuan paling penting dalam diri pekerja dari sisi K3 adalah dapat mengidentifikasi bahaya, karena dengan kemampuan ini, pekerja jadi memiliki sense untuk lebih aware terhadap potensi risiko yang mungkin terjadi.
5. Just and Fair Process adalah sebuah siklus, suatu kondisi perusahaan yang bijak dalam menerapkan aturan perusahaan, fokus pada perbaikan sistem dan tidak menjatuhkan kesalahan kepada personal. Just and fair proses menumbuhkan just culture pada perusahaan.
Just Culture digambarkan dalam sebuah lingkungan kerja yang saling mempercayai satu sama lainnya sehingga masih-masing individu didorong untuk memberikan informasi tentang segala sesuatu yang bermanfaat bagi aspek K3. Just culture tidak membahas tentang “siapa” yang salah, namun “apa dan mengapa” terjadinya sebuah kesalahan.
Selain itu, dalam budaya K3-nya PT PJB juga melakukan beberapa upaya yang amat perlu dilaksanakan untuk menimalisir dan mencegah adanya risiko bahaya bagi para pekerja, seperti:
- Penguatan budaya K3 dengan kegiatan patroli
- Penguatan budaya K3 dengan pelaporan
- Penguatan budaya K3 dengan pengawasan
- Digitalisasi K3 dengan WPO Plus
- Monitoring and evaluation.
Dengan adanya budaya K3 ini PT BJB telah membiasakan seluruh tenaga kerja memiliki mentalitas positif akan pelaporan kejadian dan memastikan keterjaminan zona aman di seluruh lokasi kerja serta menjadikan semua orang sebagai subject safety, tidak ada lagi object safety.