Ikuti Konferensi di China, PLN Pamer Langkah Strategis Transisi Energi di Indonesia

FirstIndonesiaMagz.id– PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) turut berpartisipasi dalam Conference on the Electric Power Supply Industry (CEPSI), di Xiamen, China, Jumat (20/10).

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memaparkan beragam langkah strategis dalam mempercepat transisi energi di Indonesia.

Beberapa langkah strategis yang disampaikan, yaitu skenario accelerated renewable energy development melalui pembangunan green transmission line serta pembangunan smartgrid dan flexible generation.

“Dalam transisi energi, kami membangun skenario accelerated renewable energy development yang secara agresif menambah 75 persen dari energi baru dan terbarukan (EBT) dan 25 persen dari gas alam pada 2040,” ujar Darmawan, sebagaimana disampaikan dalam keterangan resminya, Minggu (22/10).

Sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, menurut Darmawan, membuat sebagian besar sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, dan terpisah dengan pusat kebutuhan (demand).

Dengan mismatch yang terjadi tersebut, maka diperlukan upaya sinkronisasi yang coba dilakukan melalui pengembangan green transmission line.

“Pengembangan pembangkit EBT ini bisa dipercepat dengan pembangunan jaringan transmisi yang terkoneksi dengan baik. Green transmission line menjadi salah satu skema yang mampu menghubungkan sumber energi dengan demand. Dengan hal tersebut, maka target porsi pembangkit EBT hingga 75 persen pada bauran energi bisa dicapai,” tutur Darmawan.

Darmawan menjelaskan, sumber energi EBT yang mayoritas bersifat intermittent akan diatasi dengan pembangunan smartgrid dan flexible generation.

Dengan adanya skema tersebut, listrik yang berasal dari EBT jadi bisa dipasok lebih besar tanpa harus mengkhawatirkan faktor intermitensi.

Dengan langkah-langkah strategis tersebut, dikatakan Darmawan, PLN optimistis bahwa target pencapaian net zero emission pada 2060 benar-benar dapat terealisasi sesuai harapan.

“Dari 1 miliar ton emisi pada 2060, kami akan mengubahnya menjadi nol ton emisi pada 2060,” ungkap Darmawan.

Selain itu, sejak pemerintah menyatakan komitmen mencapai target NZE pada 2060 di 2020 lalu, PLN juga melakukan langkah-langkah strategis dalam upaya dekarbonisasi seperti pengurangan porsi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) dan transisi pembangkit fosil dengan pembangkit gas mampu mengurangi emisi karbon hingga 3,5 juta ton CO2 per tahun.

“Kami juga terus mengembangkan inovasi teknologi dengan melakukan teknologi co-firing biomassa, pengembangan hidrogen hijau serta kajian terkait carbon capture storage. Upaya-upaya ini secara paralel mampu mereduksi emisi,” papar Darmawan.

Tak hanya itu, Darmawan juga menekankan bahwa PLN membuka seluas-luasnya ruang kolaborasi dengan berbagai pihak. Upaya perseroan dalam mereduksi emisi memerlukan dukungan dari semua pihak, tak terkecuali dari China.

“PLN membuka peluang kerja sama dengan mengedepankan spirit of fairness, di mana semua kerja sama dan peluang investasi mampu mendorong terwujudnya transisi energi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air,” tegas Darmawan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here