FirstIndonesiaMagz.id– Gunung Semeru mengalami erupsi pada Rabu (19/11) pukul 14.13 WIB. Warga diminta menjauhi area sektor tenggara, terutama sepanjang aliran Sungai Besuk Kobokan di Lumajang, hingga 20 km dari puncak.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa PVMBG Kementerian ESDM telah menaikkan status Semeru menjadi Level IV (Awas) sejak pukul 17.00 WIB pada hari yang sama.
Erupsi menghasilkan rangkaian awan panas yang jarak luncurnya tidak dapat dipastikan karena gunung tertutup kabut. Aktivitas awan panas masih berlanjut saat laporan dibuat, dengan amplitudo maksimum mencapai 37 mm.
Meski erupsi dan guguran lava terus berlangsung, pengamatan visual sering terganggu akibat cuaca mendung dan berkabut.
Selama pemantauan, jumlah gempa yang terekam menunjukkan aktivitas kegempaan yang intens, terutama gempa letusan, guguran, dan harmonik. Peningkatan gempa guguran sejalan dengan pengamatan lava pijar yang kian sering mengarah ke Sungai Besuk Kobokan.
Wafid menyebutkan bahwa pola kegempaan mengindikasikan adanya suplai material dari bawah permukaan gunung yang terus naik dan dilepaskan melalui letusan serta hembusan.
Variasi deformasi menunjukkan penurunan sejak pertengahan Oktober, mengisyaratkan meningkatnya tekanan di dekat permukaan kawah. Namun secara keseluruhan, pola deformasi masih stabil sehingga tidak menunjukkan tekanan tambahan dari bagian dalam tubuh gunung.
Dengan meningkatnya aktivitas Semeru, PVMBG mengeluarkan dua rekomendasi penting:
- Warga dilarang beraktivitas di sepanjang sektor tenggara Besuk Kobokan hingga 20 km dari puncak. Termasuk larangan beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai karena potensi perluasan awan panas dan aliran lahar.
- Warga harus menjauhi radius 8 km dari puncak untuk menghindari bahaya lontaran batu pijar.
BB TNBTS juga melaporkan bahwa sebanyak 178 pendaki masih berada di Ranu Kumbolo dan belum dapat dievakuasi usai erupsi pada Rabu sore.
Septi Eka Wardhani, Kepala Bagian Tata Usaha BB TNBTS, menjelaskan bahwa evakuasi tidak mungkin dilakukan pada malam hari karena jalur sangat berbahaya—gelap, licin, dan rawan longsor.





























