FirstIndonesiaMagz.id– Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi merilis proposal berisi 20 poin untuk menghentikan perang di Gaza. Dokumen ini diumumkan usai pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Senin (29/9).
Trump menegaskan bahwa usulan tersebut telah disetujui oleh Israel. Namun, Hamas menyatakan belum menerima rincian isi proposal saat konferensi pers bersama Trump dan Netanyahu berlangsung.
“Jika Hamas menolak rencana Anda, Tuan Presiden, atau jika mereka menerimanya namun kemudian melanggarnya, maka Israel akan menyelesaikan tugasnya sendiri,” tegas Netanyahu dalam kesempatan tersebut.
Pokok-Pokok Proposal Trump
Proposal Trump berupaya menghadirkan solusi menyeluruh, mulai dari penghentian serangan, pembebasan sandera, hingga rencana pembangunan kembali Gaza. Berikut inti dari 20 poin yang diajukan:
- Zona bebas teror: Gaza harus menjadi wilayah yang dideradikalisasi dan tidak mengancam negara tetangga.
- Pembangunan kembali Gaza: Fokus pada kesejahteraan rakyat Gaza yang lama menderita akibat perang.
- Penghentian perang: Jika disetujui kedua pihak, seluruh operasi militer dihentikan dan pasukan Israel mundur secara bertahap.
- Pembebasan sandera: Semua sandera, hidup maupun meninggal, dipulangkan dalam 72 jam setelah perjanjian diterima Israel.
- Pertukaran tahanan: Israel akan membebaskan 250 tahanan seumur hidup serta 1.700 warga Gaza yang ditahan sejak 7 Oktober 2023.
- Amnesti bagi Hamas: Anggota Hamas yang menyerahkan senjata mendapat amnesti, sementara yang ingin meninggalkan Gaza dijamin perjalanan aman.
7–8. Bantuan kemanusiaan penuh: Distribusi bantuan dilakukan tanpa campur tangan pihak bersengketa, dengan dukungan PBB, Bulan Sabit Merah, dan lembaga internasional. - Pemerintahan transisi: Gaza akan dipimpin komite teknokrat Palestina di bawah supervisi “Dewan Perdamaian” internasional yang diketuai Trump, dengan Tony Blair sebagai salah satu tokoh pengawas.
10–12. Pembangunan ekonomi: Dibentuk panel pakar untuk merancang zona ekonomi khusus, membuka investasi, menciptakan lapangan kerja, dan memastikan warga bebas tinggal atau keluar masuk Gaza.
13–14. Demiliterisasi penuh: Semua infrastruktur militer Hamas dihancurkan, dengan pemantauan independen dan jaminan regional agar Gaza tetap aman.
15–16. Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF): Dibentuk bersama AS, Mesir, Yordania, dan mitra Arab untuk melatih polisi Palestina serta mengamankan perbatasan. Israel berkomitmen tidak mencaplok Gaza dan akan menarik pasukan secara bertahap. - Konsekuensi penolakan: Jika Hamas menolak, Israel dan mitra internasional tetap melanjutkan pembangunan di wilayah bebas teror.
- Dialog antaragama: Mengedepankan toleransi dan koeksistensi damai antara Palestina dan Israel.
- Jalur menuju kenegaraan Palestina: Reformasi Otoritas Palestina menjadi landasan menuju penentuan nasib sendiri.
- Dialog politik Israel–Palestina: AS memfasilitasi kesepakatan jangka panjang untuk hidup berdampingan secara damai.
Respons dan Tantangan
Meski Israel menyetujui proposal tersebut, Hamas belum memberikan sikap resmi. Situasi ini menimbulkan tanda tanya apakah usulan Trump dapat benar-benar menghentikan perang atau justru menambah kompleksitas konflik.
Di satu sisi, rencana ini menjanjikan pembangunan kembali Gaza dengan dukungan internasional, namun di sisi lain menempatkan kendali besar pada AS dan sekutunya dalam fase transisi.
Sejumlah pengamat menilai proposal ini ambisius karena mencakup aspek keamanan, politik, hingga ekonomi. Namun, implementasinya akan sangat bergantung pada respons Hamas dan kesediaan komunitas internasional untuk mengawal proses perdamaian yang diusulkan.