FirstIndonesiaMagz.id– TNI Angkatan Udara (AU) resmi memperkuat armadanya dengan kedatangan pesawat angkut strategis Airbus A400M. Pesawat berteknologi tinggi asal Eropa ini diserahkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto kepada Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, untuk kemudian diteruskan kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI M. Tonny Harjono.
Pesawat A400M mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Senin (3/11), setelah menempuh penerbangan panjang selama tiga hari dengan rute Seville (Spanyol) – Dubai – Medan – Jakarta. Penerbangan perdana menuju Tanah Air itu diawaki oleh Letkol Pnb Putut Satriya Yoni, Mayor Pnb Riki Sihaloho, Mayor Pnb Fathir Muhammad Hadid, dan Kapten Pnb Indra Kusuma.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa kedatangan A400M merupakan bagian dari upaya modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional. Pemerintah telah memesan dua unit A400M, dan membuka opsi untuk empat unit tambahan yang tengah dalam proses negosiasi.
“Kita sudah aktif dua unit, dan ada opsi empat unit lagi. Kita mungkin akan negosiasi untuk menandatangani tambahan empat unit,” ujar Prabowo.
Airbus A400M dirancang sebagai Multi Role Tanker Transport (MRTT) — pesawat multiguna yang dapat digunakan untuk berbagai operasi, baik dalam Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Dengan kemampuannya sebagai tanker udara, A400M dapat mengisi bahan bakar pesawat tempur di udara, mendukung mobilisasi logistik jarak jauh, hingga melakukan evakuasi medis dan penyaluran bantuan kemanusiaan.
Presiden Prabowo juga menyinggung potensi A400M untuk mendukung misi kemanusiaan internasional, seperti pengiriman bantuan dan evakuasi warga di wilayah konflik.
“Pesawat ini sangat mampu untuk mengangkut bantuan logistik dan evakuasi korban, termasuk yang memerlukan perawatan intensif di lapangan,” tutur Prabowo.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Prabowo menginstruksikan agar pesawat A400M segera dilengkapi modul ambulans udara serta perangkat penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Menurutnya, TNI telah memiliki modul serupa pada armada Hercules C-130 dan kini saatnya kemampuan tersebut diperluas ke A400M.
“Saya perintahkan segera dipesan modul ambulans udara untuk A400M, dan juga dilengkapi alat untuk menghadapi kebakaran hutan,” tegasnya.
Langkah ini, lanjut Prabowo, akan memperkuat peran TNI dalam membantu masyarakat menghadapi berbagai kondisi darurat dan bencana.
“TNI adalah alat negara yang memiliki peran besar dalam menghadapi bencana dan kesulitan masyarakat,” ujarnya.
Pesawat A400M memiliki performa yang mengesankan. Ditenagai empat mesin turboprop Europrop International TP400-D6, masing-masing mampu menghasilkan tenaga 11.000 horsepower — menjadikannya mesin pesawat militer terkuat di dunia.
Dengan bobot maksimum 141 ton, pesawat ini mampu terbang hingga 40.000 kaki dengan kecepatan 433 knot (0,72 Mach) selama delapan jam tanpa pengisian bahan bakar.
Dari sisi dimensi, A400M memiliki panjang 45,1 meter, tinggi 14,7 meter, dan bentang sayap 42,4 meter. Ruang kargonya yang luas (23,1 × 4 × 4 meter) mampu mengangkut hingga 37 ton muatan, baik pasukan, kendaraan taktis, maupun bantuan kemanusiaan dalam skala besar.
Sistem avioniknya juga canggih, dilengkapi Head Up Display (HUD), Navigation and Tactical Display (NTD), Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM), serta sistem komunikasi dan navigasi berbasis GPS, GNSS, FMS, dan IRS.
Dari sisi keselamatan, A400M dibekali sistem surveillance modern seperti TCAS, TAWS, DASA, dan Radar Warning Receiver (RWR) untuk meningkatkan kesadaran situasional dalam berbagai kondisi penerbangan.
Kehadiran Airbus A400M menandai babak baru modernisasi kekuatan udara Indonesia. Dengan kemampuan multiguna dan daya jangkau global, pesawat ini tidak hanya memperkuat postur pertahanan, tetapi juga menegaskan komitmen Indonesia dalam diplomasi kemanusiaan di tingkat regional dan internasional.
Dengan modul ambulans udara dan perangkat antikabutla yang akan segera dipasang, A400M akan menjadi simbol nyata bahwa kekuatan udara Indonesia bukan hanya untuk perang — tetapi juga untuk melindungi dan menolong sesama.
                



























