firstindonesiamagz.id – Diperkirakan akan ada badai matahari menghantam bumi pada Kamis, 14 April 2022. Peringatan pun dicetuskan disusul dengan adanya model proyeksi Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), dan Administrasi Kelautan serta Atmosfer Nasional AS (NOAA) yang menunjukkan bahwa badai matahari akan menyerang bumi dalam jangka waktu dua hari dan ke depannya bisa saja meningkat.
Fisikawan cuaca luar angkasa Tamitha Skov menyatakan, “Tembakan langsung – model prediksi badai matahari dai NOAA dan NASA memperlihatkan badai menghantam 14 April, lebih tepatnya depan aliran angin matahari yang bergerak cepat.
“Ini akan meningkatkan badai karena arus akan mendorongnya dari belakang,” kata dia.
Dilansir dari Express, pada Selasa, 12 April 2022, dia mengimbuhkan pagi ini “Peluang mencapai kondisi tingkat G2 adalah 80 persen di lintang tinggi dan 20 persen di lintang sedang.”
Menurut kompas.com, Space Weather Center (SWPC) Amerika Serikat telah memberikan kelas bagi badai Matahari, dari skala G1 yang paling rendah dan G5 yang terekstrem, tetapi badai Matahari yang paling ringan sekalipun bisa mengakibatkan fluktuasi jaringan listrik, bahkan pengoperasian satelit di orbit.
Tak hanya itu, sinyal radio, sistem navigasi, dan hewan yang bermigrasi dapat terganggu karena fenomena tersebut.
Ketika badai geomagnetik bersentuhan dengan medan magnet Bumi, berpotensi menyebabkan pemadaman radio, bahkan pemadaman listrik bila secara langsung menyerang transformator.
“Risiko pemadaman radio tetap rendah, tetapi operator #radio amatir dan pengguna GPS menghadapi gangguan di sisi malam Bumi,” tulis Skov melalui akun Twitter-nya.
Menurut catatan NOAA, terdapat sejumlah badai geomagnetik yang kuat telah dipantau dalam beberapa jam terakhir sesudah aktivitas intensif di Matahari menyebabkan dua letusan filamen yang berbeda.
Peristiwa tersebut dikenal sebagai fenomena lontaran massa korona atau coronal mass ejection (CME).
Diketahui, CME merupakan pelepasan plasma besar dari korona Matahari, yang mengandung miliaran ton partikel dan bergerak sangat cepat dibuntuti medan magnet yang mengikatnya. Hal itu mengakibatkan bangkitnya badai geomagnetik yang berefek pada Bumi.
Sedangkan menurut data yang diperoleh LAPAN, Jumat (22/10/2021) badai Matahari terjadi ketika salah satu bagian di matahari atau daerah aktif ataupun sebagian lontaran massa korona terlontar ke luar angkasa. Maka dapat diartikan badai matahari merupakan peristiwa di matahari yang berupa ledakan dan skala ledakannya besar yang kemudian dampaknya bisa dirasakan hingga ke Bumi.
Di sisi lain, badai Matahari yang diprediksi akan terjadi pada 14 April 2022, esok hari akan menyebabkan pemandangan luar biasa yakni aurora, seperti Cahaya Utara yang sangat terkenal.
Walaupun demikian, jika kondisi langit cerah, aurora borealis juga akan muncul di beberapa negara termasuk Inggris bagian utara dan Irlandia Utara.
Skov menuturkan, berdasarkan model prediksi NASA badai Matahari akan menghantam Bumi pukul 12.00 waktu setempat.
Sedangkan model NOAA, menunjukkan kemunculannya sedikit lebih awal, yakni pada pukul 07.00 pada waktu setempat.
Badai tersebut terjadi setelah badai geomagnetik kelas G3 menghantam atmosfer Bumi belakangan ini. Badai Matahari juga tercatat telah meleburkan 40 dari 49 satelit internet Starlink milik SpaceX pada awal tahun ini karenanya satelit perusahaan Elon Musk itu jatuh dan terbakar di atmosfer Bumi.