Sumber gambar: tribunnews

firstindonesiamagz.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait cuaca panas yang tak biasa di beberapa wilayah Indonesia. Cuaca panas yang tak biasa ini diperkirakan berlangsung hingga pertengahan Mei.

“Kewaspadaan terhadap kondisi suhu panas pada siang hari masih harus diwaspadai hingga pertengahan Mei,” sebagaimana laporan CNBC Indonesia, Rabu (11/05).

Cuaca panas menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto bukan disebabkan fenomena Gelombang Panas. Melainkan, beberapa hal seperti posisi semu matahari dan dominasi cuaca yang cerah.

Adapun penyebab secara detailnya, pertama karena posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator. Hal ini mengindikasikan sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau. Di mana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang.

“Sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi,” kata Guswanto.

Peneybab kedua, dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.

Kondisi Panas, Perlu Jaga Stamina Tubuh

Himbauan BMKG terkait cuaca panas, fokus pada kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh. Khusunya, bagi orang yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari. Selain itu, juga kepada warga sedang balik dari mudik supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya. Maka, perlu memperbanyak minum air putih, mengkonsumsi sayur dan buah, tidur cukup, menghindari stress, mengurangi sector sumber infeksi dan lainnya.

Catatan BMKG menyebutkan bahwa pada periode tanggal 01 – 07 Mei 2022, suhu maksimum berkisar antara 33 – 36.1 °C dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36.1 °C terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

Suhu panas tersebut sebenarnya pernah dilampaui pada beberapa tahun lalu, tepatnya di bulan April 2019. Saat itu, suhu tinggi mencapai 38.8°C di Palembang. Selain itu, pada tahun 2018 bulan Mei juga mencapai suhu yang sama sekitar 38.8 °C di Temindung Samarinda.

Cuaca Panas dan Beberapa Hal yang Membuat Manusia Terjangkit Virus Baru

Berbagai informasi menyebutkan bahwa virus baru bisa muncul saat suhu panas. Terkait hal ini, Inews mengonfirmasi secara langsung ke Ahli Kesehatan Lingkungan, Dicky Budiman. Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan virus bisa ada saat suhu panas. Misalnya, suhu panas berlangsung lama dan membuat hewan punah. Karena punahnya ini, virus dari hewan pindah ke manusia.  Ia juga menyebut bahwa kontak yang lebih dekat antara manusia dan hewan yang menyebabkan lompatan virus lebih memungkinkan.

Penjelasan bahwa cuaca panas tidak berdampak secara langsung juga dijelaskan dalam salah satu penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Dalam penelitian yang berjudul “Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Cuaca” itu, Hasbullah Thabrany menybut bahwa dalam  kondisi  natural,  sama  seperti  binatang,  manusia  bisa bertahan  pada  suhu  10‐35  derajat Celcius,  tanpa  kesulitan  berarti.   Tetapi  pada  suhu  diatas  40  derajat Celcius,  maka sebagian  manusia,  khususnya  anak‐anak  dan  orang  berusia  lanjut,  mulai  mengalami  kesulitan.  Thabrany  juga menyebut, sesungguhnya  efek  iklim  terhadap  kesehatan  secara  tidak  langsung  sudah dikenal sejak lama. Kita mengenal siklus demam berdarah yang terkait dengan musim hujan. Begitu juga  dengan  serangan  influenza,  malaria,  diare,  tifus  dan  sebagainya.  (ZA)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here