FirstIndonesiaMagz.id – PT Pertamina (Persero) bakal menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat, Chevron Corporation dalam menggarap potensi green hydrogen dan green ammonia di dalam negeri. Hal ini menjadi langkah dalam pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia.
Direktur Perecanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina Power Indonesia Fadli Rahman mengungkapkan, rencana itu sudah pada tahan kajian bersama atau joint study. Menyusul kesepakatan antara Pertamina dan Chevron untuk mengembangkan energi baru terbarukan pada pertengahan 2022 lalu.
“Memang sudah ditandatangani (kerja sama) di pertengahan tahun ini, nah ini ditindaklanjuti oleh kita, bahwa kita perlu membuat proyek yang konkret dengan mereka (Chevron), bagaimana kita berkolaborasi memanfaatkan kapabilitas yang mereka punya di Indonesia,” ujarnya saat ditemui di Kementerian BUMN, Selasa (8/11/2022).
Fadli mengungkap kalau kerja sama ini telah menjadi perbincangan kedua perusahaan energi kelas global itu sejak 2021 lalu. Maka, kajian bersama yang dilakukan di tahun ini menjadi salah satu tindak lanjutnya.
Dia menerangkan kalau kerja sama yang dijalankan ini berkaitan dengan upaya pemanfaatan sektor panas bumi. Khususnya dalam pengolahan menjadi green hydrogen dan green ammonia.
Fadli tak berbicara banyak mengenai detail kerja samanya. Hanya saja, dia membidik pengolahan dilakuan di wilayah kerja panas bumi di daerah Sumatera.
Melalui sertifikasi ISCC, Produk HVO Pertamina memperoleh pengakuan bahwa penggunaan produk ini berkontribusi pada penurunan emisi karbon hingga 65-70% dari bahan bakar umumnya sehingga layak disebut sebagai green product.
MoU Pada Mei 2022
PT Pertamina (Persero) dan Chevron melalui Chevron New Ventures meneken nota kesepahaman (MoU) guna membangun bisnis rendah karbon di Indonesia. Ini jadi bentuk kolaborasi berkepanjangan dari kedua perusahaan energi tersebut.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan Pihaknya punya perhatian khusus dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. Apalagi ini tengah jadi upaya untuk mengatasi krisis iklim yang jadi tantangan dunia global.
“Sejalan dengan pemerintah, program dekarbonisasi Pertamina dan Chevron memiliki rencana untuk mempercepat penambahan kapasitas teknologi panas bumi dan penyeimbangan karbon melalui solusi berbasis alam,” katanya dalam penandatanganan MoU Pertamina dan Chevron, Kamis (12/05) malam.
Diketahui, pemerintah telah menetapkan target Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat. Upayanya dengan pengembangan energi berbasis hijau.
Nicke mengungkap Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi panas bumi. Ini menurutnya bisa dimanfaatkan dengan adanya kerja sama kedua perusahaan besar ini.
“Indonesia juga merupakan potensi (energi) panas bumi terbesar kedua, sehingga kita harus mempercepat implementasi dan pengembangan energi hijau juga sejalan dengan komitmen Pertamina untuk menerapkan ESG,” katanya.
“Jadi sekarang kami aktif dalam program ESG dan kami juga memiliki penilaian peringkat risiko ESG oleh sistem analitik. Sekarang skor kami adalah 28. Ini dianggap berisiko sedang mengalami dampak keuangan material dari sektor ESG dan kami berharap melalui kolaborasi ini, kami juga dapat meningkatkan posisi kami di ESG,” tambah Nicke.
Upaya Tangani Krisis Iklim
Pada kesempatan yang sama Executive Vice President Business Development Chevron Jay Pryor mengungkap MoU ini merupakan komitken dua perusahaan untuk mengatasi krisis iklim. Terutama di sektor pengembangan energi hijau.
“Chevron sudah lama berada di Indonesia, dan kita berkomitmen untuk bisa memberikan aksws energi bersih ke penduduk Indonesia,” katanya.
“Kita hari ini disini untuk menyatakan komitmen kita untuk melihat kolaborasi antara Chevron dan Pertamina, tentang bagaimana mengatasi tantangan energi bersih,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menilai kerja sama ini bisa membuka kesempatan untuk pengembangan teknologi yang berkaitan dengan energi bersih. Ia juga optimistis implementasinya kedepan bisa berjalan cepat.
“Saya optimis kita bisa melaju lebih jauh dan cepat kedepan, MoU ini jadi sejarah bagi dua perusahaan, dan bisa membuat dunia lebih baik kedepannya,” ujarnya.
Menko Luhut Tak Sabar
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tak sabar untuk menyaksikan implementasi dari kerjasama kedua perusahaan energi ini. ia meyakini kedepannya, pelaksanaan kerja sama ini bisa dilakukan dengan cepat.
“Selamat untuk kedua perusahaan atas penandatanganannya, saya tak sabar untuk melihat implementasinya, saya yakin implementasinya akan dilakukan secara cepat,” katanya usai menyaksikan penandatanganan MoU antara Pertamina dan Chevron, Kamis (12/05) malam.
“Saya yakin kita bisa berjalan dengan cepat, dan Chevron juga melakukan telah melakukan studi dan melakukan hal ini, dan saya yakin kita bisa mencapai target ini secepatnya,” imbuh Luhut. Dikutip dari liputan6.com