Firstindonesiamagz.id – Keberadaan sampah di luar angkasa atau disebut dengan sampah antariksa ini tidak boleh disepelekan, pasalnya adanya sampah tersebut dapat mengganggu satelit yang masih aktif beroperasi.
Total sampah antariksa yang berada di orbit mencapai lebih dari 8000 ton kubik, dan berisiko terjadi gesekan.
Semakin banyaknya populasi sampah antariksa maka kemungkinan tubrukan dapat terjadi dan menimbulkan kerusakan.
Permukaan Bumi juga akan mengalami kerusakan imbas dari kejadian tersebut, terlebih jika sampah yang masuk ke atmosfer bumi tidak habis terbakar.
Seperti yang dimuat dalam Nationalgeographic.grid.id sekitar 6.542 satelit yang mengorbit di sekitar Bumi, tetapi hanya setengahnya yang aktif dan sisanya adalah sampah luar angkasa.
“Bahkan jika kita tidak menambahkan apa pun, kerap akan terjadi tabrakan benda-benda di orbit dan menghasilkan banyak puing’’ jelas Pat Seitzer Astronom di University of Michigan.
Seitzer menekankan, sampah luar angkasa dapat menimbulkan bahaya yang akan berkembang, dan menjadi hal serius untuk diperhatikan, terutama bagi mereka yang mempelajari manajemen lalu lintas antariksa sebab mereka tidak menutup kemungkinan secara langsung akan menghadapi sampah antariksa ini.
Sebagai informasi, Inter-Agency Space Debris Coordination Committee (IADC) di dalam Space Debris Mitigation Guidelines (United Nations: Office for Outer Space Affairs, 2010), mendefinisikan sampah antariksa sebagai seluruh objek buatan manusia, termasuk pecahan dan elemen di orbit bumi atau yang memasuki atmosfer lagi yang sudah tidak berfungsi
Sampah antariksa juga memutari planet dengan kecepatan hingga 8 kilometer per detik sedangkan kecepatan tumbukan menyentuh angka kisaran 15 kilometer per detik, atau 10 kali lebih cepat dari peluru.
Menurut data terakhir The United States Space Surveillance Network menyebutkan, sampah luar angkasa yang berada di orbit Bumi lebih dari 8.000 ton kubik.
Diperoleh dari kompas.com, bila ribuan sampah tersebut tidak mampu ditangani dengan tepat, maka orbit Bumi nantinya akan semakin penuh, bahkan dapat mendatangkan risiko besar seperti satelit yang bertabrakan yang bisa saja jumlahnya mengalami peningkatan dari sebelumnya.
Roket China jatuh ke Bumi
Sebuah roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa milik Republik Rakyat Tiongkok (RRT) jatuh di Samudra Hindia. Jatuhnya sampah antariksa CZ5B itu terjadi pada 30 Juli 2022 pukul 23.45 WIB.
Peristiwa tersebut disampaikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan menurut hasil pantauan Pusat Riset Antariksa BRIN melalui situs pemantauan secara real time, sisa roket milik Tiongkok jatuh tidak terkontrol dan memasuki atmosfer Bumi serta serpihannya melintasi wilayah Sarawak, Malaysia.
“Sampah antariksa CZ5B, roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa RRT diprakirakan jatuh malam ini, 30-31 Juli 2022,” kata Peneliti Senior BRIN Thomas Djamaludin, dikutip dari laman resmi BRIN, Minggu (31/7/2022).
Berdasarkan data yang diperoleh pada malam itu, berat sampah tersebut mencapai 20 ton dengan ukuran 30 meter.
Ketinggiannya pun mencapai 120 km dan menurut pengamatan, sampah antariksa RRT ini telah melintasi wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat.
“Pusat Riset Antariksa BRIN terus memantaunya. Kemungkinan besar jatuh di lautan,” ujar Thomas.
“Alhamdulillah, sampah antariksa besar, bekas roket peluncuran RRT CZ5B berbobot sekitar 20 ton berukuran 30 meter telah terkonfirmasi atmospheric re-entry di Samudra Hindia tadi malam, 30 Juli 2022, pukul 23.45 WIB,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut dia sampah antariksa tersebut tidak mengancam bagi biota laut di Samudra Hindia.
Sedangkan data orbit dari pemantauan space-track.org memperlihatkan titik jatuh sampah antariksa itu didapati di barat daya Indonesia.
“Namun, bisa jadi ada pecahannya yang mungkin tersebar sepanjang lintasan terakhir, orbitnya melintasi Sumatera bagian selatan,” tukas Thomas.
“Bila ada penduduk yang melihat objek langit yang jatuh sekitar pukul 23.45 WIB segera melaporkan ke Pusat Riset Antariksa BRIN melalui email prantariksa@brin.go.id,” pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil analisis tim Riset Benda Jatuh Antariksa, Kepala Pusat Riset Antariksa, Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan ada dugaan terkait sampah antariksa yang telah mengalami atmospheric re-entry akan jatuh di sekitar wilayah selatan Filipina, dan nantinya akan berada pada ketinggian 10 km di atas wilayah Sarawak Malaysia.
Dia menerangkan proses benda jatuh antariksa ini juga berhasil direkam oleh pengamat di Lampung melalui Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL), tak hanya itu di wilayah Malaysia juga terpantau serpihan roket serupa.
“Serpihan roket berkenaan telah terbakar semasa memasuki ruang udara bumi dan pergerakan serpihan yang terbakar berkenaan turut melintasi ruang udara Malaysia, serta dapat dikesan di beberapa kawasan termasuk melintasi ruang udara sekitar negeri Sarawak,” ungkap Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi (MOSTI) melalui maklumat tertulis Agensi Angkasa Malaysia (MYSA) pada 31 Juli 2022.
Peristiwa ini juga dibuktikan dengan kesaksian dari masyarakat di wilayah Malaysia, mereka berhasil merekam peristiwa tersebut dari handphone masing-masing.
Meskipun ukuran sampah antariksa kecil, namun dapat mendatangkan risiko yang besar lantaran sampah antariksa memiliki kecepatan tujuh kilometer perdetik, per lima kilogram sampah, maka sangat berbahaya jika menabrak satelit buatan lain. Di sisi lain jumlah sampah antariksa juga disebut meningkat setiap harinya. Semakin banyaknya sampah antariksa ini, tentunya menimbulkan potensi meningkatnya risiko tabrakan antar objek di luar angkasa.