FirstIndonesiaMagz.id– Sebuah penelitian menciptakan tiruan otak manusia tengah dilakukan di laboratorium. Tujuannya adalah untuk mendorong industri komputasi dengan kecerdasan organoid (OI).
Otak yang dimaksud di sini bukan seperti organ tubuh itu. Namun, akan berfungsi sebagai perangkat keras biologis.
“Bidang biokomputasi baru ini menjanjikan kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kecepatan komputasi, kekuatan pemrosesan, efisiensi data dan kemampuan penyimpanan-semuanya dengan kebutuhan energi yang lebih rendah,” kata peneliti dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Frontiers in Science.
Professor Thomas Hartung dari Universitas John Hopkins dan komunitas ilmuwan berusaha mengembangkan teknologi OI. Mereka meyakini teknologi itu bisa melahirkan era baru biokomputer yang cepat, kuat dan efisien.
Otak Organoid ini memiliki aspek kunci fungsi dan struktur otak. Misalnya neuron dan sel otak lain yang penting untuk fungsi kognitif, seperti pembelajaran dan memori.
Namun, melansir dari CNBC, bedanya otak organoid ini tidak seperti sebagian besar kultur sel yang datar. Organoid punya struktur tiga dimensi dan meningkatkan kepadatannya 1.000 kali lipat, yang membuat neuron membentuk lebih banyak koneksi.
“Sementara komputer berbasis silikon tentu lebih baik dengan angka, otak lebih baik dalam belajar,” jelas Hartung.
“Misalnya, AlphaGo [AI yang mengalahkan pemain Go nomor satu dunia pada tahun 2017] dilatih berdasarkan data dari 160.000 game. Seseorang harus bermain lima jam sehari selama lebih dari 175 tahun untuk mengalami banyak permainan ini.” imbuhnya.
Hartung menjelaskan otak bisa lebih hemat energi. Contohnya untuk melatih AlphaGo akan menghabiskan energi lebih dari yang dikeluarkan untuk menopang orang dewasa aktif dalam satu dekade.
Kapasitas penyimpanannya juga luar biasa besar dibandingkan dengan berbagai perangkat yang ada saat ini. Yakni kabarnya bisa menyimpan informasi mencapai 2.500 TB.
“Kita telah mencapai batas fisik komputer silikon karena kita tidak dapat mengemas lebih banyak transistor ke dalam chip kecil,” tuturnya.
Para peneliti juga mengembangkan teknologi untuk berkomunikasi dengan organoid. Tujuannya agar dapat mengirimkan informasi dan membaca apa yang tengah dipikirkan.
(kn)