FirstIndonesiaMagz.id – Subvarian baru virus SARS-CoV-2 memicu COVID-19–XBB–terdeteksi di Indonesia.
Bahkan, di Singapura subvarian XBB mengalami kelonjakan kasus COVID-19 per harinya dan jumlah pasien rawat inap pun naik drastis.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan hingga 4 November 2022, sudah 12 orang warga negara Indonesia yang terkena subvarian XBB.
Dua kasus diantaranya berasal dari perjalanan luar negeri, sementara 10 kasus lainnya merupakan transmisi lokal.
Bersamaan dengan munculnya kasus subvarian XBB, kasus harian COVID-19 di Indonesia juga turut mengalami kenaikan sejak pertengahan Oktober lalu.
Belakangan ini, kasus COVID-19 bahkan sudah melewati angka 4.000 dan sempat melebihi 5.000 kasus per hari.
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 6.000 hingga lebih dari 9.000 kasus per hari lantaran subvarian XBB, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia justru terbilang masih sedikit, namun lebih baik tidak ada yang terinfeksi.
Lebih lanjut, berdasarkan COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 116, Indonesia menjadi negara dengan kasus baru dan kematian terbanyak di Asia Tenggara selama 24-30 Oktober 2022.
Seperti yang dimuat liputan6.com, lebih dari 34 ribu kasus baru didapati di wilayah Asia Tenggara.
Jumlah tersebut merupakan bukti bahwa kasus Covid-19 mengalami penurunan di Asia Tenggara sebanyak 3 persen dari pekan sebelumnya, sayangnya kasus kembali naik 20 persen di wilayah Indonesia.
Pada Oktober 2022, Indonesia mencatat 19.661 kasus baru atau 7,2 kasus baru per 100.000 penduduk bertambah menjadi 40 persen.
Sementara angka kematian karena COVID-19 di Asia Tenggara meningkat 13 persen dari waktu yang sebelumnya dan lebih dari 200 kematian baru dengan 168 di antaranya dilaporkan dari Indonesia.
168 kematian di Indonesia itu tercatat selama 24-30 Oktober, artinya angka tersebut melonjak menjadi 45 persen.
Juru Bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril mengatakan bahwa jika merujuk pada teori, maka umumnya kelonjakan kasus COVID-19 harian memang akan terjadi setelah munculnya varian baru.
“Apabila terjadi lonjakan kasus, itu biasanya dikaitkan dengan adanya subvarian baru,” ujar Syahril dalam konferensi pers pada Rabu, (26/10/ 2022).
“Kita Kementerian Kesehatan sudah bergerak untuk melakukan whole genome sequencing pada kasus-kasus, terutama yang di rumah sakit untuk melihat apakah memang subvarian XBB ini sudah mendominasi atau belum,” imbuhnya.
Syahril menyatakan, bila memang tidak ada lonjakan karena XBB, biasanya penambahan kasus disebabkan oleh banyaknya testing yang dilakukan. Semakin banyak testing yang dilakukan, akan semakin banyak pula penemuan kasus.