firstindonesiamagz.id – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengamati adanya penumpukan material pembentuk badan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berpotensi menyebabkan gelombang laut tinggi atau tsunami.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono dalam konferensi pers kewaspadaan GAK secara daring , Senin (25/4) malam, mengungkapkan saat ini kondisi GAK berkemungkinan membentuk badan baru setelah erupsi pada tahun 2018.
Kala erupsi, material yang bertumpuk membentuk badan tersebut dapat melesat hingga radius 5 kilometer.
Diketahui, guguran material yang terjadi saat erupsi GAK bisa membentuk potensi tsunami seperti yang terjadi pada tahun 2018.
“Mungkin saat ini kalau kita bandingkan dengan tahun itu, volumenya belum sebesar itu, dan juga dari sisi morfologi, juga belum curam,” tutur Eko.
Kendati demikian, Eko mengatakan pihaknya terus mengamati potensi tersebut. Terlebih bila volume material yang bertumpuk sudah sangat besar.
“Ini harus kita waspadai bersama karena bisa memicu potensi untuk runtuh dan bisa menimbulkan gelombang tinggi atau tsunami,” ujar Eko.
Mulai 24 April 2022, status aktivitas GAK naik dari level 2 menjadi level 3. Maka Badan Geologi terus memantau dari pos pengamatan di Pasauran, Banten, maupun di Lampung. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih rinci mengenai perkembangan terkini tentang aktivitas GAK, dapat dipantau melalui di situs resmi di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi atau langsung mendatangi pos pengamatan, diperoleh dari Antara.