FirstIndonesiaMagz.id– PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menargetkan Stasiun Pengisian Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) beroperasi pada 21 Februari 2024. HRS dibangun di Senayan, Jakarta Selatan, dan akan dioperasikan oleh subholding PLN Indonesia Power.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, Stasiun Pengisian Hidrogen di Senayan merupakan pilot project atau proyek percontohan pertama di sektor transportasi berbasis green hydrogen. Selain itu, merupakan proyek pertama PLN di sektor tersebut.
Sejak Januari tahun ini, progres pembangunan HRS Senayan sudah mencapai 98 persen dan ditargetkan selesai pada Februari 2024. Langkah agresif ini melanjutkan pemanfaatan hasil produksi hidrogen hijau dari 21 Green Hydrogen Plant yang telah dioperasikan perseroan sejak November 2023.
“Kami juga sedang membangun suatu sistem transportasi yang berbasis pada green hydrogen. Nah ini tanggal 21 (Februari) nanti akan (beroperasi), bagaimana kita punya Hydrogen Refuelling Station di Senayan sebagai pilot project,” ujar Darmawan saat ditemui di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/2).
Nantinya, HRS akan melayani segala jenis kendaraan berbasis hidrogen, baik kendaraan pribadi, kendaraan umum, hingga kendaraan berat. HRS Senayan telah dilengkapi HRS 150 bar, 300 bar dan secara bertahap akan dinaikkan hingga 700 bar.
Karena itu, Darmawan memastikan HRS Senayan mampu mendukung 448 mobil berbasis hidrogen.
“Dengan green hydrogen yang diproduksi oleh PT PLN saat ini, kami bisa mendukung 448 mobil hidrogen dan ini adalah suatu pilot project,” ungkapnya.
Menurutnya, transisi energi di sektor transportasi dapat ditempuh dengan berbagai strategi, salah satunya membangun Stasiun Pengisian Hidrogen. Darmawan menilai, pola ini dapat ditawarkan kepada negara lain di dunia.
“Tentu saja ke depan dengan adanya pilot project ini, kita bisa menawarkan bagi bangsa dan negara bahwa transisi di sektor transportasi ini bisa menggunakan berbagai strategi,” ucapnya.
“Baik itu menggunakan mobil listrik dengan biaya fuel cost yang sangat murah seperlima dibanding dengan BBM. Dan juga bisa menggunakan juga strategi hydrogen, di mana biayanya masih lebih murah. Tetapi dalam hal ini, ini bukan satu strategi tetapi berbagai opsi dalam menyelesaikan transisi di bidang sektor transportasi,” pungkas Darmawan.