FirstIndonesiaMagz.id– Rupiah sukses menguat dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin. Meski demikian penguatan rupiah masih tipis-tipis saja.
Melansir dari data Refinitiv, rupiah menguat 0,1% ke Rp 15.230/US$ kemarin dan 0,13% sehari sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (2/3/2023) rupiah pergerakan rupiah masih akan sama, tipis-tipis saja dengan peluang kembali menguat. Sebab, indeks dolar AS turun 0,37% pada perdagangan Rabu.
Sentimen positif datang dari dalam dan luar negeri. Sektor manufaktur Indonesia yang masih menunjukkan ekspansi moderat serta inflasi yang terjaga menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Sementara itu China melaporkan ekspansi sektor manufaktur pada Februari menjadi yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir. Hal ini tentunya menjadi kabar bagus, sebagai tujuan ekspor utama Indonesia kebangkitan ekonomi China tentunya juga akan mengerek perekonomian dalam negeri.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa ke atas 5% jika perekonomian China bangkit.
“Prospek ekonomi Indonesia baseline kami 4,9% dengan China lebih baik bisa 5% – 5,1%,” ungkap Perry dalam acara Economic Outlook 2023 dengan tema “Menjaga Momentum Ekonomi di Tengah Ketidakpastian” di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (28/2) melansir dari CNBC Indonesia.
Secara teknikal, rupiah masih jauh di atas Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga bergerak di atas rerata pergerakan 200 hari (moving average 200/MA 200), yang memberikan tekanan lebih besar. Pelemahan Mata Uang Garuda saat ini masih tertahan oleh MA 100.
Resisten terdekat berada di kisaran Rp 15.270/US$ – Rp 15.280/US$. Jika Ditembus, ada risiko rupiah merosot ke Rp 15.400/US$ – Rp 15.450/US$ di pekan ini.
Indikator Stochastic pada grafik harian kini berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan stochastic berada di wilayah overbought, ruang penguatan rupiah tentunya lebih besar.
Support berada di kisaran Rp 15.230/US$, jika dilewati rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.200/US$. Support selanjutnya berada di kisaran Rp 15.150/US$ – Rp 15.130/US$.
(kn)