Ilustration AIDS by Nazah

Jakarta, FirtsIndonesiaMagz.idHuman Immunodeficiency Virus atau singkatnya HIV dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Virus Imunodefisiensi Manusia.  Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel-sel CD4 yang penting dalam melawan infeksi.

HIV dapat menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yang akhirnya dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), sindrom yang melemahkan sistem kekebalan tubuh secara signifikan. Pada tahap AIDS, tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit serius.

Seperti yang dialami perempuan kelahiran Makassar 14 Agustus 1978 berinisial MR yang mengidap HIV, dirinya mengalami kelemahan kekebalan tubuh secara signifikan. MR adalah sosok ibu tangguh dari 3 orang anak. Nahasnya, si sulung yang berinisial EP berjenis kelamin perempuan yang lahir tahun 2002 ternyata juga terinfeksi virus HIV.

MR sendiri terinfeksi HIV pada tahun 2002 lantaran tertular suaminya yang lebih dulu terinfeksi HIV. Sang putri pertama dapat bertahan hidup dari virus yang mematikan sampai usia 17 Tahun.

Hingga pada 29 September 2019, si sulung menyerah dan akhirnya tutup usia karena mengidap penyakit yang sama dengan ayahnya. Sedangkan anak kedua dan ketiga dinyatakan negatif terinfeksi virus Aids.

Sebagai pengidap penyakit mematikan ini, MR mengungkapkan bahwa Virus HIV tidak boleh disepelekan karena dia perlahan-lahan akan menyebabkan kematian dengan cepat.

“Kondisi badanku selalu naik turun. Akibatnya sistem kekebalan tubuhku melemah.  Berbagai macam penyakit hinggap di tubuhku seperti  penyakit-penyakit yang menjadi langgananku  yaitu diare bila sudah salah makan atau kondisi imunitasku sedang turun,” keluh MR.

Sangatlah tidak mudah bagi MR yang selama 24 tahun mengidap HIV AIDS, banyak yang harus dia lakukan termasuk menguatkan diri dan menerima dengan iklas bahwa memang dirinya terinfeksi Virus HIV.

Kendati demikian keluarga besar MR sangat mendukung dan mensupport awal pertama mereka tau bahwa MR mengidap HIV AIDS. Selama sakit orangtua MR tidak pernah lepas untuk menemaninya berobat.

Dalam rentang 24 tahun ini, banyak biaya telah dikeluarkan, terutama karena belum ada BPJS yang membantu dalam perawatan orang yang terinfeksi HIV. Selain itu, pemulihan diri juga memerlukan kunjungan berulang ke rumah sakit, tetapi beruntungnya, keluarga besar MR selalu memberikan dukungan finansial untuk kesembuhannya.

Pada dasarnya dukungan aktif dari keluarga dan komunitas memiliki peran penting. MR sendiri memulai pengobatan ARV dengan dibantu keluarga. Keluarga MR juga selalu memastikan MR patuh terhadap aturan minum obat dan mengingatkan jadwal pengobatan.

“Peran komunitas juga sangat berarti, memberikan informasi yang berguna tentang pengobatan, serta akses ke pemeriksaan CD4 dan Viral Load yang penting. Orang-orang dengan HIV berharap untuk mendapatkan lebih banyak perhatian dan teman yang bisa mereka ceritakan tentang pengalaman mereka, sehingga dapat mengatasi perasaan putus asa,” ungkap MR.

Hingga saat ini dukungan keluarga dan komunitas telah membantu MR mengatasi permasalahan yang MR hadapi sebagai ODHIV. “Mereka selalu mendukung saya dalam menghadapi semua aspek, termasuk masalah terkait HIV,” sebut MR.

Pengobatan ARV yang konsisten selama 24 tahun ini memberikan banyak manfaat bagi MR, seperti menghambat perkembangan infeksi HIV, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi viral load.

Meskipun begitu, HIV/AIDS masih menjadi masalah global, dan sekali lagi dukungan dari keluarga dan komunitas adalah yang terpenting untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS.

Adapun dukungan yang diharapkan yakni dukungan yang dapat membantu mengatasi stigma, beban moril, dan perlakuan diskriminatif terhadap ODHIV. Dukungan ini juga penting agar para pengidap HIV tetap bersemangat dan menjalani terapi ARV dengan baik.

Karena begitu besar pengaruhnya bila keluarga dan komunitas  memberikan dukungan konkret, bukan hanya kata-kata semangat. Orang dengan HIV/AIDS memerlukan dukungan nyata dalam perawatan dan kehidupan sehari-hari mereka.

Mengikutsertakan mereka dalam interaksi sosial dan aktivitas lainnya juga membantu mereka merasa dihargai dan tidak terisolasi. Jadi janganlah mendiskiriminasikan para pengidap HIV ya, Mari kita tingkatkan pemahaman tentang HIV dan cara melindungi diri dari penularannya!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here