Firstindonesiamagz.id – Pada akhir pekan lalu, koneksi internet di Kanada mengalami gangguan hebat, baik melalui ponsel maupun perangkat lainnya sama sekali tidak bisa mengakses internet.
Akibatnya banyak layanan mandek dan warga pun kalang kabut karena tamatnya internet mereka.
Fasilitator layanan internet terbesar di negara tersebut, Roger Communications, mengungkapkan terdapat masalah dalam menyediakan koneksi.
Diketahui Layanan ATM, rumah sakit hingga operasional pemerintahan di seluruh negeri pun turut kena imbasnya.
Namun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab tamatnya internet mereka.
Berdasarkan lembaga pengawas internet NetBlocks, trafik internet jadi turun sekitar 75% dari level normal akibat gangguan tersebut. Rogers melaporkan terdapat 11 juta pelanggannya di seluruh Kanada.
Tamatnya internet juga membuat kantor imigrasi, pengadilan dan sistem pembayaran terkendala, begitu pula layanan di rumah sakit.
Di daerah perkotaan, masyarakat berduyun-duyun ke kafe dan tempat-tempat dengan Wi-Fi yang masih berfungsi.
“Ada banyak orang di sini dengan laptop mereka yang bekerja keras, sama seperti yang mereka lakukan di rumah, karena mereka tidak memiliki layanan di rumah,” kata salah satu pelanggan Starbucks di Toronto kepada Reuters.
Hal ini merupakan pemadaman besar kedua yang memengaruhi Rogers hanya dalam waktu satu tahun.
Sebelumnya pada April lalu, pelanggan melaporkan gangguan bergantian saat mencoba mengakses data atau melakukan panggilan suara.
Menelaah tentang insiden tamatnya internet, seorang ilmuwan mengingatkan bakal ada kapasitas internet yang disebabkan badai Matahari langka.
Lantas, bagaimana bisa hal tersebut terjadi?
Kapasitas tamatnya internet ini disebutkan oleh profesor di Universitas California Irvine, Sangeetha Jyothi, dikutip dari CNBCIndonesia, Senin (11/7/2022).
Dia menuturkan kabel bawah laut internet berpotensi akan mengalami gangguan besar.
Kabel bawah laut internet dapat mengalami gangguan akibat badai Matahari langka karena kabel bawah laut menggunakan repeater untuk memperkuat sinyal dalam jarak jauh.
Repeater ini rentan terhadap gangguan listrik, dan jika bahkan salah satu dari mereka tidak berfungsi secara teoritis dapat meruntuhkan seluruh rute bawah laut.
Menurut pemodelan Sangeetha Jyothi kemungkinan terjadi dalam 20-25 tahun ke depan.
Badai matahari langka menurutnya bisa mematikan sebagian infrastruktur internet global.
Tak hanya itu, Badai matahari langka juga dapat menyebabkan pemadaman dalam waktu berbulan-bulan, dikutip dari Digital Trends.
Penuturan berbeda dari profesor ilmu komputer di Institute Technology Georgia, Atlanta, Umkishore Ramchandran, tamatnya internet belum tentu terjadi sebab internet pada dasarnya dibangun untuk ketahanan.
Apabila repeater gagal, web pun secara otomatis bekerja mengubah rute lalu lintas melalui rute berbeda yang masih beroperasi.
“Ada cukup redundansi di inti jaringan,” ujarnya.
“Kegagalan semacam itu dikenali pada tingkat yang lebih tinggi dari tumpukan jaringan untuk merutekan ulang aliran di sekitar rute yang gagal.” sambungnya.
“Paling-paling dampaknya pada kecepatan internet yang digunakan berkurang karena lonjakan kemacetan, tetapi tidak mungkin menjadi bencana.” tutupnya